Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perlu mewaspadai pertumbuhan ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara. Karena, dua daerah tersebut mengalami pertumbuhan paling rendah di banding wilayah lain.
“Ini yang perlu kita lihat bahwa Bali, Nusa Tenggara adalah yang pertumbuhan ekonominya paling rendah,” kata Sri Mulyani, di Jakarta, Jumat (8/12/2022).
Pertumbuhan ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,94 persen. Kedua daerah ini berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 2,73 persen.
Menurut Sri Mulyani, rendahnya pertumbuhan ekonomi kedua daerah tersebut dikarenakan masih mengandalkan sektor pariwisata yang saat ini masih belum pulih. Arus masuk turis masih tertahan, terutama China yang masih mengalami lockdown.
Pariwisata juga terhambat oleh gejolak global, seperti perang Rusia-Ukraina, konflik di Taiwan, serta inflasi yang tinggi. Saat ini, wisatawan yang mungkin bakal masuk ke Indonesia berasal dari Australia dan kawasan Asia selain China.
“Tourisme meskipun sudah mulai covid-nya dikelola dan dimanage dengan baik, tapi belum bisa memulihkan seluruh sektor dari sisi tourisme,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu kawasan lain pada kuartal II-2022, mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Misalnya, Jawa yang menyumbangkan 56,55 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, mampu tumbuh 5,66 persen.
“Ini karena Jawa yang padat penduduknya, dan daya belinya terutama kelompok menengah atas sudah mulai menunjukkan suatu kegiatan konsumsi dan produksi,” kata dia.
Sementara Sumatra, tumbuh 4,95 persen dan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar 22,03 persen. Kalimantan tumbuh 4,25 persen, dan berkontribusi sebesar 9,09 persen terhadap PDB nasional.
Sedangkan Sulawesi yang biasanya resilient tumbuh 6,47 persen, dan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar 7,10 persen. Papua dan Maluku meski memiliki pertumbuhan paling tinggi, yakni sebesar 13,1 persen, tapi hanya menyumbang 2,51 persen terhadap PDB nasional.
“Sehingga walaupun pertumbuhannya sangat tinggi (Sulawesi, Maluku, dan Papua), juga tidak mampu menarik ekonomi nasional secara sangat besar,” tutup Sri Mulyani. (Akh/din)