Pontianak (pilar.id) – Sektor investasi berperan besar dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Agus Chusaini mengatakan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2022 sebesar 4,05 persen (yoy).
Sektor investasi tersebut merupakan pangsa pasar kedua setelah konsumsi rumah tangga sebesar 29,32 persen. Pertumbuhan investasi itu dikatakan Agus, menjadi baik pada nilai Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
“Masing-masing tumbuh 106,4 persen (yoy) dan 141,76 persen (yoy),” tegas Agus saat Workshop Investasi Kalimantan Barat di Hotel Harris.
Menurutnya, pertumbuhan investasi pada PDRB Kalbar triwulan I masih belum optimal yaitu sebesar 1,43 persen (yoy). Pertumbuhannya masih dibawah ekspor dan konsumsi rumah tangga yang paling dominan di triwulan I tahun 2022 dengan masing-masing sebesar 10,70 persen dan 3,50 persen.
“Pandemi Covid-19 yang belum mereda masih menjadi tantangan dan faktor yang berpengaruh terhadap kinerja investasi di Kalbar,” tutur Agus.
Dari sisi ketersediaan, jumlah proyek strategis nasional di Kalbar masih minim dibandingkan provinsi lain. Beberapa proyek strategis nasional yang selama ini menjadi penyokong kinerja investasi di Kalbar sudah rampung di paruh pertama tahun 2022.
Seperti pembangunan refinery Alumina tahap 2 PT Well Harvest Winning (WHW), dan Pelabuhan Kijing tahap inisial. Sedangkan yang sedang berlangsung saat ini proyek strategis pembangunan refinery PT BAI dan Kawasan Industri Ketapang yang merupakan kawasan industri multi product, yakni kelapa sawit dan alumina.
Diakuinya Kalbar memiliki beragam potensi yang menari investasi. Antara lain keberadaan Kawasan Industri Ketapang dan Pelabuhan Kijing sebagai infrastruktur pendukung kegiatan usaha yang terintegrasi. Lalu potensi ketersediaan bahan baku sumber daya alam terutama bauksit di tengah pelarangan ekspor bauksit mentah pada pertengahan 2023.
Kemudian potensi besar hilirisasi komoditas khas Kalbar seperti kelapa sawit, sarang burung walet, kelapa dan karete. Selanjutnya potensi wisata baik alam, sejarah budaya, maupun wisata minat khusus seperti ecotourism.
“Perlu dilakukan pemetaan untuk menggali proyek strategis lainnya untuk ditransformasikan menjadi proyek unggulan yang menarik dan atraktif bagi investor,” tutupnya. (din)