Jakarta (pilar.id) – Pakar ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Ishak menilai bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2023 akan mengalami penurunan.
Pakar ekonomi dari CORE Indonesia tersebut, menyatakan bahwa rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2023 dipengaruhi oleh tiga faktor utama.
Faktor penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tersebut yakni, pertama, perang Ukraina melawan Rusia.
Dengan belum adanya kejelasan kapan perang antara dua negara tersebut berakhir, akan menyebabkan kenaikan inflasi di berbagai negara.
Kedua, seberapa tinggi harga komoditas global. Ketiga, seberapa besar recovery yang dilakukan China akibat Covid 19 di China yang belum turun meskipun sudah mulai melandai.
Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan Eropa juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena ketergantungan pada impor sangat tinggi.
Karena itu, Ishak meminta agar pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang berdampak langsung terhadap masyarakat luas.
“Harga gas jangan dinaikkan, bansos jangan dikurangi atau dihentikan. Jangan menanggalkan kebijakan yang telah dibuat,” kata Ishak, di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Namun, dalam kesempatan yang sama, pemerintah, harus bisa menyiapkan generasi muda, pendidikan yang baik, memberikan permodalan dan mendukung teknologi yang kuat, serta penegakkan good government dalam aturan main dan tata kelola pemerintahan.
Menurut Ishak, Indonesia harus memiliki peran lebih kuat dalam menghadapi tahun-tahun penuh ketidakpastian di 2023.
“Indonesia di tahun 2023 ini akan mengalami tahun-tahun yang sulit. Ekonomi Indonesia pada 2023 akan lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan 2022,” kata Ishak.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan, Indonesia tidak boleh lengah terhadap perkembangan yang terjadi di Rusia dan Ukraina saat ini.
Sebab, ada kecenderungan setiap negara di dunia saling bersinggungan dan ingin memperluas diri baik secara geografi maupun secara pengaruh.
“Pertanyaan buat kita semua, apakah kita bangsa besar, bangsa tangguh atau bangsa yang terseret rivalitas antarbangsa. Ada kata bijak dari tokoh Tsu Su yang menyatakan kenali dirimu. Juga pesan Tjut Nyak Dien kepada Teuku Umar tentang kenali kemampuan diri,” kata Teuku.
Teuku mengatakan, ada 7 rumus kearifan dunia yang bisa menjadi patokan dalam mengelola negara, di antaranya, meritokrasi, pendidikan, sains dan teknologi, budaya, market ekonomi, pragmatism, dan penegakan hukum.
“Di bidang meritokrasi, bereskan dulu dalam memilih pemimpin di semua lini, tidak hanya presiden,” sambungnya. (ach/fat)