Jakarta (pilar.id) – Dewan Pakar Ikatan Apoteker Indonesia Keri Lestari menyarankan masyarakat menggunakan terapi non farmakologi untuk mengatasi demam pada anak. Terapi tersebut guna menghindari penggunaan obat-obatan yang mengandung etilen glikol maupun dietilen glikol.
“Farmakologi itu menggunakan obat, non farmakologi itu adalah bisa nutrisi, bisa menggunakan cara lain selain obat,” kata Keri, di Jakarta, Sabtu (22/10/2022).
Keri mencontohkan penggunaan terapi non farmakologi, yaitu dengan menggunakan kompres atau dibalur bawang merah. Dengan demikian, Keri mengimbau masyarakat dapat menghindari terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.
“Jadi intinya bahwa kalau selama ini demam dikit cari obat ke warung dan sebagainya, kami juga mengimbau masyarakat mengutamakan untuk membeli obat di fasilitas kesehatan,” kata dia.
Keri menjelaskan, etilen glikol dan dietilen glikol bukan pelarut untuk obat. Sehingga kedua bahan tersebut tidak boleh ada dalam obat-obatan. “Tapi kalau misalkan ada cemaran sampai ambang batas yang ditolerir, OK. Karena berdasarkan riset kita itu tidak bermasalah,” kata dia.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, sebanyak 7 dari 11 terindikasi gangguan ginjal akut dikarenakan etilen glikol. Ia juga memastikan, bahwa anak-anak yang mengalami gangguan ginjal akut tersebut tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
“Dari 11 kasus yang kita teliti, 7 orang memang dia positif dietilen glikol maupul etilen glikol yang memang bahan itu zat kimia yang berbahaya untuk dikonsumsi,” kata dia.
Dia juga menduga masih terdapat penderita gangguan ginjal akut yang belum tercatat. Saat ini, sudah terdapat 241 kasus dari 22 provinsi yang dilaporkan menderita gangguan ginjal. Kemenkes akan melakukan penyisiran ke 34 provinsi dalam waktu dekat.
“Kemungkinan ada, makanya ini baru 22 provinsi, baru yang melapor,” kata dia. (ach/fat)