Jakarta (pilar.id) – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada tri wulan 1-2023. Saat itu, The Fed diprediksi akan mengerek suku bunga acuannya hingga 5 persen.
“The Federal Funds Rate (FFR) akan mencapai puncaknya menjadi 5 persen kurang lebih sekitar tri wulan I-2023,” kata Perry, di Jakarta, Senin (5/12/2022).
Untuk diketahui, pada rapat dewan gubernur (2/11/2022) lalu, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan (Fed Rate) 0,75 persen dari sebelumnya 3-3,25 persen menjadi 3,75-4 persen. Bunga acuan The Fed tersebut merupakan level tertinggi sejak 2008.
Namun, lanjut Perry, The Fed berpotensi akan meningkatkan suku bunga acuan hingga 5,2-6 persen apabila terjadi peningkatan risiko. Meski demikian, Perry tetap optimistis suku bunga acuan the Fed bisa turun hingga 4,7 persen.
“Ada skenario upward risk, 5,2 persen peak-nya, puncaknya. Dan baru turun ke 5 persen, ada skenario baseline kami adalah 5 persen turun akan stay longer paling cepat turun 4,75 persen di akhir 2023,” kata dia.
Lebih lanjut, Perry mengatakan, mata uang asing terutama dollar akan menguat seiring tingginya inflasi dan kenaikan FFR. Menurut Perry, The Fed akan menimbang kenaikan suku bunga dengan risiko resesi.
“Tapi kami perkirakan stronger dolar akan berlanjut, dan akan memberikan tekanan nilai tukar kepada banyak negara, tidak terkecuali rupiah,” kata dia.
Di tengah penguatan dolar AS, saat ini telah terjadi fenomena cash is the king atau investor global menarik dananya dari pasar keuangan di dunia maupun negara berkembang ke alat likuid. Namun, setelah ada kejelasan arahan kebijakan the Fed diyakini akan membalikkan situasi. “Investor global mulai akan kembali menanamkan dananya ke emerging market, termasuk Indonesia,” tandas Perry. (ach/hdl)