Jakarta (pilar.id) – Memasuki triwulan III 2023, perekonomian Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan tahan terhadap dampak dari gejolak ekonomi global.
Kontribusi kuat datang dari sektor konsumsi swasta, termasuk generasi muda, yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan di sektor jasa dan tingginya kepercayaan konsumen.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam pernyataannya pada Kamis (19/10/2023), menyampaikan bahwa pertumbuhan investasi tetap dalam tren positif, didorong oleh berlanjutnya proyek-proyek strategis nasional (PSN).
Namun, pertumbuhan ekspor barang nyata mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan dari mitra dagang utama, terutama Tiongkok, serta penurunan harga komoditas. Di sisi lain, ekspor jasa terus tumbuh dengan pesat, terutama seiring meningkatnya jumlah turis asing yang berkunjung.
Disampaikan, secara regional, pertumbuhan ekonomi paling signifikan tercatat di wilayah Sulampua, Kalimantan, dan Jawa.
Berdasarkan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan berada dalam kisaran 4,5-5,3 persen pada tahun 2023, dengan prospek yang semakin cerah di tahun 2024.
Pemulihan ekonomi yang berlanjut pada tahun 2024 akan didorong oleh permintaan domestik yang meningkat, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi permintaan, Bank Indonesia terus menerapkan kebijakan makroprudensial yang mendukung dan mempercepat digitalisasi sistem pembayaran. Semua langkah ini dilakukan secara sinergis dengan kebijakan fiskal yang diterapkan oleh Pemerintah.
Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan performa yang kuat yang mendukung stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Surplus neraca perdagangan terus berlanjut hingga triwulan III 2023 sebesar 7,8 miliar Dollar AS, yang turut menjaga keseimbangan transaksi berjalan.
Meskipun terdapat aliran modal asing keluar (net outflows) dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan III 2023 sebesar 2,1 miliar Dollar AS, situasi tersebut dipandang sebagai respons terhadap ketidakpastian di pasar keuangan global. Pada triwulan IV 2023, tekanan pada aliran modal asing masih berlanjut dengan catatan net outflows mencapai 0,4 miliar Dollar AS hingga 17 Oktober 2023.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 mencapai 134,9 miliar Dollar AS, setara dengan pembiayaan impor selama 6,1 bulan atau 6,0 bulan impor beserta pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi ini tetap aman dan berada di atas standar kecukupan internasional yang umumnya sekitar 3 bulan impor.
Dalam proyeksi ke depan, Neraca Pembayaran Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan akan tetap dalam kondisi positif, dengan transaksi berjalan berkisar antara surplus 0,4 persen hingga defisit 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada tahun 2024, NPI diharapkan dapat dipertahankan dengan stabil, mengingat kondisi ekonomi domestik yang terus membaik, meskipun ketidakpastian di pasar keuangan dan ekonomi global tetap tinggi. (riq/ted)