Semarang (pilar.id) – Negara Indonesia diberikan anugerah alam dengan kekayaan yang sangat banyak terutam pada gas alam dan minyak bumi. Beberap kota menjadi sumber penghasilnya.
Salah satu kota di Indonesia rupanya punya julukan sebagai kota petrodollar karena sangat kaya akan gas alamnya dan memiliki cadangan terbesar di dunia.
Jika di belahan Timur Tengah ada Dubai, Doha atau Abu Dhabi yang disebut sebagai kota petrodollar sebab penghasil jutaan barel minyak bumi. Indonesia juga memiliki satu kota petrodollar.
Di ketahui banyak kota di Indonesia sebagai ladang penghasil gas alam dan minyak bumi. Seperti Natuna, Balongan di Indramayu atau blok Cepu di Jateng.
Lantas pakah tiga kota atau daerah di atas merupakan kota petrodollar, ternyata bukan. Ada satu kota yang dinobatkan sebagai petrodollar nya Indonesia.
Kota petrodollar di Indonesia dinobatkan pada Lhoksumawe, kota yang ada di Provinsi Aceh, dengan blok gas ladang Arun.
Lhoksumawe dikenal sebagai kota penghasil gas terbesar di Indonesia bahkan di dunia.
Melansir laman Kemenkeu, Pertambangan gas di Lhokseumawe bermula saat Pertamina menggandeng Mobil Oil untuk melakukan observasi sumber minyak pada tahun 1968.
Kontrak bagi hasil tersebut berhasil menemukan ladang gas alam di Arun, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1971.
Ladang gas Arun menyimpan cadangan gas yang sangat besar, yang saat itu diestimasi sebagai cadangan gas alam terbesar di dunia.
Tidak main-main, ladang gas Arun ditaksir menyimpan cadangan gas mencapai 17,1 triliun kaki kubik.
Penemuan ladang gas Arun mendapat perhatian besar dari pemerintah sehingga Presiden Soeharto kemudian meresmikan PT Arun Natural Gas Liquefaction Co. pada tanggal 19 September 1978.
Kinerja ekspor dari PT Arun sangat tinggi dan berhasil merajai ekspor gas alam terbesar di dunia pada periode 90-an.
Dari banyaknya cadangan gas dan aktivitas kinerja ekspor tersebut, akhirnya Lhokseumawe mendapat julukan sebagai kota Petro Dollar.
Aktivitas PT Arun Natural Gas Liquefaction Co. dengan cadangan gas alamnya tidak hanya menghasilkan devisa melalui ekspor, tetapi juga menstimulus aktivitas industri lainnya yang bergantung pada gas untuk aktivitas produksinya.
Selain kekayaan gas alamnya, Lhokseumawe juga unggul secara komparatif karena dilintasi oleh Garis Komunikasi Laut (Sea Lines of Communication).
Garis Komunikasi Laut merupakan rute maritim utama antar pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan, kebutuhan logistik dan angkatan laut.
Keunggulan tersebut dioptimalisasi dengan baik melalui pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe.
KEK Arun Lhokseumawe resmi beroperasi pada 14 Desember 2018 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2017 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo.
KEK Arun Lhokseumawe yang berfokus pada sektor energi, petrokimia, agro industri dan logistik diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di Lhokseumawe dan sekitarnya. (Aam)