Pontianak (pilar.id) – Cakupan vaksinasi pertama pada anak di Kalimantan Barat hingga 28 Februari 2022 sebanyak 247.266 jiwa atau 44,8 persen dari jumlah sasaran yakni 560.949 jiwa. Data Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, untuk cakupan vaksinasi kedua baru 21.372 jiwa atau 3,81 persen dari jumlah sasaran.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat drg. Hary Agung Tjahyadi mengatakan vaksinasi kedua pada anak masih rendah. “Memang baru mencapai 44,8 persen untuk vaksin anak,” ungkapnya kepada pilar.id, Selasa (8/3/2022).
Menurutnya Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan terbaru. Syarat cakupan vaksinasi lansia 60 persen dan vaksinasi pertama sudah 70 persen tidak menjadi syarat untuk dilaksanakannya vaksinasi pada anak. “Sehingga semua kabupaten/kota melakukannya dan diawal Februari kemarin,” katanya.
Hal tersebut disebabkan rentang waktu dari pelaksanaan vaksinasi pertama dan kedua. “Ada waktu 28 hari baru mendapat vaksinasi kedua sehingga memang masih kecil dari yang pertama,” tegasnya.
Ia menyebutkan dari seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat, cakupan tertinggi ada di Sekadau. Kabupaten ini dikatakan Harry memang lebih dulu memulai pelaksanaan vaksinasi anak dibandingkan daerah lainnya. “Aturan sebelumnya bagi kabupaten/kota yang sudah mencapai cakupan lansia 60 persen dan vaksinasi pertama sudah 70 persen boleh melaksanakan vaksinasi anak, sehingga Sekadau lebih dulu mengadakan,” urainya.
Dijelaskannya Kementerian Kesehatan menargetkan cakupan vaksinasi pada anak sebesar 70 persen dari sasaran. Target ini juga sama dengan cakupan vaksinasi pada kelompok lainnya.
Ia menambahkan sasaran vaksinasi pada anak ini untuk usia 6-1 tahun. Anak menjadi sasaran vaksinasi karena masuk dalam kelompok rentan terkena Covid-19. “Memang diupayakan mencapai 70 persen dan secepat mungkin. Semakin cepat semakin baik,” tuturnya.
Bahwa anak masuk dalam kelompok rentan dilihat dari perilaku yang belum memiliki kesadaran sendiri. Seperti perilaku tentang protokol kesehatan yakni pada tingkat kedisiplinan memakai masker hingga menjaga jarak.
Kondisi ini kemudian menjadi potensi penularan antar sesama. “Bisa juga ketika di rumah berpotensi menularkan kepada orang dewasa atau kelompok keluarga lainnya,” kata Harry. “Pelaksanaan vaksinasi pada anak ini relatif lebih mudah dilakukan. Pertama memiliki kelengkapan data, kemudian digelar di komunitas sekolah. Secara tempat dan waktu bisa diatur,” paparnya.
Ditambahkannya masih terdapat hambatan yang dihadapi yakni pada kekhawatiran orangtua. Para orangtua dilanjutkannya maish ragu, dan belum yakin untuk mengikutsertakan anaknya dalam program vaksinasi.
Pihaknya terus mendorong agar para orangtua mengajak anaknya yang berusia 6-11 tahun untuk mengikuti vaksiansi Covid-19. “Saya berharap dengan semua pihak juga ikut serta mendorong tercapainya targert cakupan vaksinasi pada anak seperti kelompok usia lainnya,” pungkasnya. (dinaprihatini)