Cilacap (pilar.id) – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, terus mendorong program transisi energi di berbagai sektor. Program ini tak hanya berfokus di darat, tetapi juga merambah sektor kelautan dan perikanan.
Hal ini diwujudkan dengan langkah ambisiusnya dalam menjadikan Cilacap sebagai pilot project kapal berbahan bakar listrik berbasis baterai. Dengan kerjasama antara PLN dan perusahaan teknologi terkemuka, Ganjar mengajak para nelayan di Cilacap untuk beralih dari kapal motor berbahan bakar minyak (BBM) ke kapal bermesin listrik berbaterai.
Peluncuran program ini berlangsung di Pantai Teluk Penyu Cilacap pada Jumat (11/8/2023). Pada kesempatan tersebut, Ganjar memberikan bantuan berupa mesin kapal bertenaga listrik kepada sejumlah nelayan. Selain itu, bantuan lain seperti alat tangkap ikan senilai Rp1,6 miliar, asuransi nelayan senilai Rp1 miliar, dan bantuan lainnya juga diberikan.
“Kita harus berani mengambil langkah cepat, yaitu transformasi energi menuju lingkungan yang lebih ramah. Produknya telah tersedia hari ini, maka yang perlu kita lakukan adalah eksekusi,” ujar Ganjar.
Program kapal listrik berbaterai di Cilacap ini menjadi langkah awal menuju peralihan energi yang lebih berkelanjutan. Meskipun begitu, Ganjar menekankan pentingnya adanya insentif untuk memudahkan para nelayan dalam proses transisi ini.
“Tanpa insentif, hal ini akan menjadi sulit. Oleh karena itu, saya mengusulkan pemerintah memberikan insentif kepada mereka. PLN, pemerintah daerah, provinsi, dan pusat dapat memberikan dukungan apa pun yang diperlukan. Dengan cara ini, para nelayan akan lebih siap dan terbantu dalam mengadopsi perubahan ini,” jelasnya.
Selain memberikan manfaat dalam mengurangi emisi, penggunaan kapal berbaterai ini juga diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan nelayan. Dengan mesin berbaterai, biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan akan jauh lebih rendah.
Sebagai contoh, seorang nelayan biasanya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp230.000 untuk membeli 20 liter BBM setiap kali berlayar, namun dengan mesin listrik ini, biaya yang dikeluarkan hanya sekitar Rp25.000. Hal ini disebabkan oleh biaya listrik per kilowatt-hour (KWH) yang hanya sekitar Rp2.500.
“Bayangkan saja, perbandingannya sangat signifikan. Ini bisa menghemat hingga sepuluh kali lipat. Meskipun memerlukan investasi awal yang cukup besar, disinilah pentingnya insentif yang dapat diberikan,” tambahnya.
Cilacap dipilih oleh Ganjar sebagai pilot project untuk peralihan energi di sektor kelautan. Kedepannya, Ganjar berencana mendorong sejumlah daerah lain di Jawa Tengah untuk mengadopsi program serupa.
“Tidak hanya untuk kapal nelayan, tetapi juga untuk kapal angkutan dan kapal wisata. Saatnya untuk mengambil langkah dan perubahan ini harus dimulai sekarang,” tegasnya.
Budi, seorang nelayan, mengapresiasi program peralihan mesin kapal ini. Ia merasa senang dengan adanya program ini karena biaya operasional yang lebih murah.
“Kabar ini tentu sangat baik bagi kami, terutama karena biayanya lebih terjangkau. Biasanya kami menghabiskan 10 liter BBM dalam sehari dengan biaya Rp230 ribu, namun dengan mesin listrik ini, hanya memerlukan biaya sekitar Rp25 ribu,” ujarnya.
Namun, Budi juga mengakui bahwa harga mesin listrik mungkin lebih mahal dibandingkan dengan mesin berbahan bakar fosil. Oleh karena itu, ia sependapat dengan usulan Ganjar bahwa nelayan perlu mendapatkan insentif.
“Kami memerlukan dukungan dan kemudahan agar transisi ini tidak memberatkan nelayan,” tutupnya. (mad/hdl)