Semarang (pilar.id) – Gerhana Matahari diprediksi bakal muncul jelang Idul Fitri 1444 H atau Lebaran 2023.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis Gerhana Matahari tersebut akan muncul pada dua hari jeang Lebaran 2023.
Gerhana Matahari tersebut tepatnya diprediksi muncul pada 20 April 2023, atau dua hari jelang Hari Raya Idul Fitri 2023
Lantas apakah Gerhana Matahari tersebut dapat diamati di langit Indonesia?
Untuk diketahui, fenomena alam Gerhana Matahari merupakan sebuah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan yang membuat cahaya tersebut tak semuanya bisa sampai ke Bumi.
Peristiwa Gerhana Matahari, merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan.
Hal ini hanya terjadi pada saat fase bulan baru dan dapat diprediksi sebelumnya.
Selain Gerhana Matahari ada Gerhana Bulan, di mana peristiwa ini terjadi ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi.
Cahaya Matahari tersebut tidak semuanya sampai ke Bulan dan selalu terjadi pada saat fase purnama.
Melansir BMKG, diprediksi terjadi empat kali Gerhana sepanjang 2023, yaitu:
1. Gerhana Matahari Hibrid (GMH) (20 April 2023) dapat diamati dari Indonesia
2. Gerhana Bulan Penumbra (GBP) (5-6 Mei 2023) dapat diamati dari Indonesia
3. Gerhana Matahari Cincin (GMC) (14 Oktober 2023) tidak dapat diamati dari Indonesia
4. Gerhana Bulan Sebagian (GBS) (29 Oktober 2023) dapat diamati dari Indonesia
Penjelasannya, Gerhana Matahari Hibrid yang akan muncul jelang Lebaran 2023 nanti yakni proses ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris.
Dengan posisi satu garis, akan membuat di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan.
Piringan Bulan ini dapat teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari, dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan Matahari.
Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya, Matahari seakan-akan tertutupi Bulan.
Pada proses Gerhana Matahari Hibrid terdiri dari dua tipe, yakni Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana Matahari Total.
Sementara itu, masih salam proses yang sama terdapat tiga macam bayangan Bulan yang terbentuk saat GMH, yaitu antumbra, penumbra, dan umbra.
Untuk wilayah yang terlewati antumbra, gerhana yang teramati berupa Gerhana Matahari Cincin.
Sementara di wilayah yang terkena penumbra, gerhana yang teramatinya berupa Gerhana Matahari Sebagian.
Lalu, kemudian di daerah tertentu lainnya yang terlewati umbra, gerhana yang teramati berupa Gerhana Matahari Total. (daz)