Jakarta (pilar.id) – Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Termasuk dalam hal musik. Indonesia memiliki banyak ragam alat musik tradisional. Namun, alat-alat musik tersebut kurang populer di mata anak muda.
Demi meningkatkan popularitas alat musik tradisional khususnya Sasando yang merupakan alat musik tradisional asal Rote, Natalino Mella tak berhenti melakukan eksperimen.
Hasilnya, Natalino berhasil melahirkan sasando elektrik dengan total 45 senar yang bisa dimainkan dengan 10 jari. Sasando elektrik hasil modifikasi Natalino tersebut, merupakan hasil eksperimen yang ia lakukan selama empat tahun.
Harapannya, dengan lahirnya sasando elektrik ini, para generasi muda akan lebih mudah dan tertarik untuk mempelajarinya. Selama empat tahun eksperimennya, konten kreator dan musisi asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini rajin merekam video bermain sasando elektrik.
Ia membawakan lagu-lagu Indonesia hingga lagu Barat, yang diunggah di media sosial seperti YouTube, serta video-video pendek yang diunggah di platform SnackVideo.
Keinginannya mengembangkan sasando didorong dari pengalamannya menjadi peserta pertukaran pemuda dalam program antara pemerintah Indonesia dan Jepang. Di sana, orang-orang menyambutnya secara antusias setiap kali memainkan sasando. Ia pun tergerak untuk membuat sasando yang dimodifikasi dengan gaya lebih modern agar banyak anak muda yang mau memainkannya.
Pria yang kerap diundang kedutaan besar RI di luar negeri untuk bermain sasando ini berpendapat, kehadiran platform media sosial terutama yang berisi video-video pendek memudahkan misinya memperkenalkan sasando.
“Orang suka menyebar video-video pendek lewat WA karena lebih mudah, dampaknya lebih besar,” katanya di Jakarta, Rabu.
Lewat videonya, dia ingin menunjukkan sasando sudah berada di level yang berbeda. Dia berharap bisa memberikan kesan bahwa sasando merupakan instrumen menarik yang kedepannya bisa dimainkan secara luas oleh banyak orang, sama halnya seperti gitar yang populer di berbagai kalangan di penjuru dunia.
“Harapannya anak muda makin banyak yang main sasando dan ini bukan jadi alat musik eksklusif, ada di mana-mana,” kata musisi yang juga membuat lokakarya pelatihan sasando di Kupang.
Natalino menjual instrumen-instrumen buatannya secara daring. Rupanya, konsumen sasando elektrik buatannya didominasi orang-orang dari luar Indonesia seperti Jerman, Australia dan Meksiko.
Sebuah sasando elektrik dibuat dalam kurun waktu tujuh hingga sebelas hari dengan kisaran harga di atas Rp3,5 juta, sementara sasando akustik dibuat dengan durasi tiga hingga lima hari dengan harga antara Rp600.000 hingga Rp1,5 juta. (fat)