Surabaya (pilar.id) – Sosok Siti Oetari memang tak sepopuler Fatmawati atau Ratna Sari Dewi. Tapi sejarah terus mencatat, ia memiliki peran penting dalam sejarah perjalanan panjang presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno.
Ya, Siti Oetari (1905–1986), dikenal sebagai putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam. Oetari kemudian menjadi istri pertama Soekarno, saat menginjak usia 16 tahun.
Di sejumlah media sosial, sosok Oetari tiba-tiba jadi pembicaraan. Bukan Oetari yang sebenarnya, tapi sosok pemerannya di film dokumenter Koesno: Jati Diri Soekarno.
Namanya Rizma Pujatirta, mahasiswa baru Fakultas Vokasi (FV) Universitas Airlangga. Usai tayang perdana pada 14 Agustus 2022 lalu, nama Rizma pun jadi salah satu bahan pembicaraan para penonton film.
“Awalnya takut hasil akting saya mengecewakan, karena belum memiliki banyak pengalaman. Namun, tim justru sangat ramah dan akhirnya melalui film ini saya mendapatkan banyak pelajaran di dunia pembuatan film,” ungkapnya.
Rizma mengaku, ia masih baru di dunia seni peran. Ia pernah ambil bagian dalam festival internal di SMA-nya, hingga menjadi figuran di film biopik Terbang: Menembus Langit.
Meski begitu, mahasiswa kelahiran 2003 ini memang sangat menyukai aktivitas menonton film di sela kesibukannya.
Yang cukup mengejutkan, mahasiswa program studi D4 Manajemen Pemasaran tersebut merupakan cucu dari Roeslan Abdoelgani. Dan bukan kebetulan, pada tahun 1960-an, kampus tempat ia kuliah pernah memberikan gelar doktor pada tokoh pejuang asal Surabaya tersebut.
Rizma pun mengaku, Cak Roes, panggilan akrab dari mantan menteri luar negeri Indonesia tersebut merupakan kakak dari neneknya. Untuk mengenalkan dan menghargai kerja keras Cak Roes bagi negara, keluarga Rizma kemudian berinisiatif menjadikan rumah yang berada di Plampitan, Surabaya itu menjadi cagar budaya.
“Di sini sering diadakan pembuatan film dokumenter, pembuatan skripsi atau tugas, dan juga keperluan lain yang berhubungan dengan sejarah,” sebutnya.
Besar dari lingkungan tersebut, Rizma tak menampik banyaknya pengaruh yang ditimbulkan, termasuk dalam kesempatan berperan dalam film Koesno. “Saya ingin karya saya diakui karena kemampuan saya, namun saya juga sangat bersyukur dengan nama besar beliau. Tanpa beliau saya tidak bisa mendapat kesempatan ini,” sebutnya. (feb/hdl)