Surabaya (pilar.id) – Seorang guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tambaksari, Surabaya telah dilaporkan ke polisi karena diduga melakukan pencabulan terhadap tujuh siswa di bawah umur.
Guru MI berinisial AR, 38 tahun tersebut melakukan pencabulan dengan memasukkan alat kelamin ke mulut siswa yang tangannya diikat dan matanya ditutup.
AR mengaku melakukan tindak pencabulan tersebut karena ketagihan video porno dan memiliki fantasi memasukkan alat kelamin ke mulut perempuan dengan mata tertutup.
Tindak pencabulan tersebut, dilakukan mulai Januari hingga Februari 2023. Dimana, menurut keterangan Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya, AKP Wardi Waluyo, telah dilakukan sebanyak empat kali.
“Motif tersangka, kecanduan dengan fantasi seks yang dilihat di media sosial,” ujar Wardi di Surabaya, Senin (27/02/2023).
Wardi menegaskan, saat ini pihaknya masih mendalami masalah pencabulan yang dilakukan oleh AR. Tujuannya untuk menemukan kemungkinan ada korban selain 7 siswanya.
“Masih kita dalami, mungkin ada korban lain,” tegas Wardi.
Kasus ini terungkap setelah salah satu siswa MI Tambaksari Surabaya melaporkan apa yang ia alami kepada orang tuanya. Setelah kejadian tersebut, ada tiga wali murid yang melaporkan AR ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Atas kejadian tersebut, AR saat ini telah dipecat sebagai salah satu pengajar di MI Tambaksari Surabaya pada Rabu (15/2/2023) pekan lalu.
Keputusan pemecatan AR diambil oleh pihak sekolah setelah sejumlah wali murid datang dan melakukan protes.
Kepala MI, AH mengatakan, aksi bejat AR terungkap usai salah satu korban bercerita kepada orang tuanya bahwa mereka mendapat pelajaran untuk merasakan sayuran berupa timun, wortel, dan terong.
Semua dilakukan dengan mata tertutup hasduk yang digunakan oleh para murid.
Sebelum pelajaran merasakan sayuran tersebut dilakukan, AR akan mengundi muridnya dengan memakai Stipo (penghapus cair) yang di estafetkan ke seluruh murid.
Ia lantas akan mengatakan kata ‘stop’ tanda pemegang stipo terakhir harus merasakan pelajaran merasakan berbagai sayuran tersebut.
“Anak-anak diajak ke sebuah ruangan, bukan gudang. Biasanya dibuat salat Dhuha dan makan guru-guru. Lalu tangan siswa diikat dan matanya ditutup sambil merasakan buah dan sayur apa yang dimasukan ke mulut mereka,” ujar AHsaat dikonfirmasi awak media.
Namun, salah satu korban sempat melihat jika AR membetulkan celana usai diminta merasakan sayuran dan melapor ke orang tuanya. Orang tua siswi kelas 5 tersebut lantas menduga anaknya dilecehkan. (fat)