Bangkalan (pilar.id) – Sebanyak 72 desa yang tersebar di 12 Kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, diperkirakan akan mengalami kekeringan selama musim kemarau. Menghadapi potensi kekeringan tersebut, pemerintah telah mengambil langkah untuk mengantisipasinya dengan melakukan droping air bersih secara bergantian.
Plt Bupati Bangkalan, Mohni, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi mengalami kekeringan. Hasilnya, terdapat 50 desa di 7 Kecamatan yang mengalami kekeringan, dan di 12 kecamatan terdapat 72 desa yang termasuk dalam kategori kering kritis.
Untuk mengatasi kekurangan air di desa-desa terdampak, pihaknya telah menyiapkan 6 armada tangki air untuk mendistribusikan air secara bergantian ke setiap desa yang membutuhkan. Dengan pendistribusian yang bergantian, diharapkan semua desa terdampak dapat menerima bantuan air dengan merata.
Mohni berharap agar masyarakat dapat proaktif dalam memberikan informasi atau melaporkan adanya kekeringan ke dinas terkait. Hal ini akan memudahkan pendistribusian air bersih yang dapat menjangkau seluruh masyarakat yang terdampak kekeringan.
Solusi Spot Embung untuk Atasi Kekeringan
Sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kekeringan di wilayah Madura, anggota DPRD Jawa Timur, Abdul Halim, mengusulkan pembangunan spot-spot embung di desa-desa di Madura. Spot embung ini adalah sejenis waduk dalam skala yang lebih kecil, sekitar 100 meter persegi dengan kedalaman 3 sampai 5 meter, yang berfungsi untuk menampung air hujan.
Menurut Halim, ide pembangunan embung ini lebih realistis dan efisien dari pembangunan waduk yang sering mendapat penolakan dari masyarakat. Anggaran untuk pembangunan embung juga dapat di-cover oleh Pemprov Jatim, dengan tambahan anggaran dari bantuan dana desa yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan embung.
Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ide pembangunan embung ini ingin direalisasikan, seperti sinergitas antara Pemprov Jatim, Pemkab, dan Pemdes. Diperlukan pula penyiapan lahan oleh pemdes untuk lokasi pembuatan embung dan akses jalan untuk kendaraan berat yang akan digunakan dalam proses pengerukan.
Dampak Fenomena El-Nino
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau akan berlangsung di Kabupaten Bangkalan hingga akhir Oktober 2023. Fenomena El-Nino, yaitu pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah, berdampak pada berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Kepala BPBD Bangkalan, Geger Hery S, menyatakan bahwa kekeringan di Bangkalan saat ini berkategori El Nino, yang diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober. Kekeringan tahun ini lebih panjang, meskipun pada bulan Juni kemarin masih terjadi anomali karena beberapa curah hujan yang singkat.
Dalam menghadapi musim kemarau yang panjang ini, upaya-upaya seperti droping air bersih dan pembangunan embung menjadi langkah-langkah penting untuk mengatasi dampak kekeringan yang dapat mengancam kesejahteraan masyarakat di wilayah Bangkalan, khususnya desa-desa yang rawan kekeringan. (hdl)