Lumajang (pilar.id) – Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Minggu (4/11/2022) kemarin, telah menyebabkan ribuan orang pergi dari rumah mereka dan tinggal di pengungsian.
Terjadinya awan panas guguran (APG) yang menyebabkan perkampungan masyarakat tertimbun abu pun menimbulkan rasa trauma kepada para korban. Ada kekhawatiran bahwa Gunung Semeru sewaktu-waktu kembali erupsi dan meluncurkan abu.
Namun, rasa trauma tak menjadi halangan bagi para pengungsi untuk memilih pulang dan membersihkan rumah mereka dari guguran abu. Masyarakat Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang melawan rasa trauma untuk bisa melihat kondisi rumah dan lingkungan mereka setelah terjadinya erupsi Gunung Semeru.
Mukid Asmari misalnya, warga Dusun Sumbersari, Kamar A, Desa Supiturang, Pronojiwo tersebut sudah sejak Senin (5/12/2022) pagi meninggalkan pengungsian. Ia kembali ke rumahnya untuk bersih-bersih.
“Akibat errupsi kemarin, rumah saya diselimuti debu. Tidak mengungsi, saya berjaga di rumah sembari memantau aktivitas semeru. Hanya istri dan anak saja yang akan kembali ke pengungsian untuk faktor keamanan setiap malam,” tuturnya.
Asmari mengaku, Semeru mengeluarkan awan panas guguran pada Minggu dini hari. Meski tak sebesar kejadian tahun lalu, keluarganya masih menyimpa rasa trauma.
“Ya masih ada rasa trauma. Kadang panik dan khawatir tetap dirasakan warga. Warga juga melakukan pemantauan melalui CCTV yang kemudian mendapat pemberitahuan untuk mengungsi ke titik aman,” ujarnya. (fat)