Jakarta (pilar.id) – Sejak pertama kali diperkenalkan pada putaran final Piala Dunia 2018 lalu, Video Assistent Referee (VAR) telah menjadi bagian yang hampir tak terpisahkan di sepakbola modern.
Perannya memang hanya sebagai pendukung bagi kinerja wasit di lapangan. Namun, kehadiran VAR secara perlahan memang mengubah berbagai hal di duni sepakbola. Terutama di beberapa peraturan teknis yang kemudian harus dipertegas dan semakin rinci.
Seperti pada kasus offside dan handsball. Dengan adanya VAR yang memiliki kewenangan untuk melakukan review terhadap sebauh kejadian, membuat aturan tentang offside dan handsball menjadi lebih diperinci dan terkadang, memiliki beberapa perbedaan di satu negara dan negara lain.
Seperti bagian tubuh mana yang disebut dengan tangan? Apakah dari pangkal ketiak sampai ujung jari, atau hanya dari siku sampai ujung jari. Atau, apakah ketika bola mengenai tangan tetapi posisinya tidak aktif, tidak mengubah arah bola, tetap disebut handsball.
Teknologi ini, hingga saat ini masih belum diterapkan di sepakbola Indonesia. Banyak pengamat dan fans sepakbola Indonesia yang menyarankan agar teknologi VAR ini diterapkan di Liga 1 Indonesia.
Usulan ini pun diamini oleh PSSI. Seperti diungkapkan ketua umum Mochamad Iriawan, sedang mencari sponsor untuk pengadaan teknologi VAR atau asisten wasit yang dibantu dengan video untuk penyelenggaraan Liga 1 Indonesia.
VAR, kata Iriawan, menjadi salah satu terobosan yang disiapkan PSSI untuk meningkatkan kualitas kompetisi sepak bola nasional.
PSSI sebetulnya telah menghadirkan asisten wasit tambahan di Liga 1 musim 2021/2022. Selain memonitor terjadi gol atau tidak, asisten wasit yang berada di daerah kotak 16, juga bertugas membantu wasit utama dalam menentukan pelanggaran yang terjadi, yang luput dari penglihatan wasit utama.
“Kami sekarang sudah ada asisten wasit tambahan tapi kami ingin mengadakan VAR. Kami sudah komunikasi kalau ada sponsor mau membiayai VAR karena itu cukup mahal. Jadi kami akan menggandeng sponsor yang bisa membiayai itu,” katanya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa malam.
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu menyebut biaya pengadaan VAR bisa mencapai Rp90 miliar dengan biaya operasional untuk sekali bermain di stadion sekitar Rp200 juta.
“Tapi kami juga harus bisa mempelajari dan mudah-mudahan bisa tahun depan karena ada rencana Piala Dunia U-20 2023,” tuturnya.
PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) berambisi untuk menggunakan VAR dalam kompetisi Liga 1 sebagai respons terkait keputusan wasit yang terkadang kontroversial.
VAR juga dianggap diperlukan agar keputusan wasit bisa lebih objektif, pertandingan berjalan sportif, serta kompetisi yang berkualitas.
VAR pertama kali resmi digunakan pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Teknologi tersebut membantu kinerja wasit kepala dalam memberikan keputusan pada seluruh 64 pertandingan yang dimainkan di 14 arena yang tersebar di 11 kota. (fat)