Jakarta (pilar.id) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010 sampai 2022, Kiai Said Aqil Siroj memberikan ajakan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan taubat nasional. Ajakan tersebut disampaikan oleh Kyai Said usai Bangsa Indonesia didera cobaan dan musibah secara bertubi-tubi termasuk tragedi kemanusiaan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Kyai Said juga menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya ratusan orang di Stadion Kanjuruhan sekaligus mengajak para jamaah kajian kitab di Pesantren Al-Tsaqafah untuk membacakan surat Al-Fatihah bagi para korban.
“Mari kita membacakan Alfatihah kepada mereka yang menjadi korban, semoga diampuni dosa-dosanya. Melihat beberapa tragedi yang bertubi-tubi atas bangsa ini, saya mengajak semuanya (elemen bangsa) untuk sama-sama melakukan Taubat Nasional,” kata Kiai Said dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (3/10/2022).
Kiai Said juga menekankan bahwa tragedi Kanjuruhan ini tidak perlu mencari-cari kesalahan pihak atau orang lain.
“Ini adalah cobaan dari Allah, dan selalu ada hikmah di balik ujian ini,” ucapnya.
Deputi Kajian Said Aqil Siroj Institute Abi Rekso memaknai seruan Taubat Nasional Kiai Said Aqil sebagai agenda refleksi bersama.
“Ini adalah ajakan yang meneduhkan tanpa harus menghakimi pihak atau orang lain,” ucap Abi Rekso.
Jika orientasinya mencari kesalahan saja, menurut dia, akan ada polemik baru di tengah masyarakat.
“Kita jangan giring opini publik ke sana. Di samping jumlah korban yang terus bertambah, kita sepakat tragedi ini sejarah paling kelam sepak bola Indonesia dan dunia. Perlu adanya kebesaran hati kita menerima tragedi ini sebagai pelajaran getir bagi bangsa dan dunia sepak bola kita,” kata Abi Rekso.
Ia juga menyadari bahwa sepak bola tidak bisa dilepaskan dengan masyarakat. Namun, membangun kesadaran publik sepak bola atas pentingnya sportivitas juga keutamaan.
“Hal itu agar tragedi seperti ini tidak pernah terulang lagi di Indonesia maupun internasional. Yang jauh lebih penting, jangan sampai tragedi Kanjuruhan ini diproduksi untuk kepentingan politis kaum elite,” kata Abi Rekso.
Tragedi Kanjuruhan adalah sejarah kelam sepanjang sejarah sepak bola nasional Indonesia.
Hasil investigasi lapangan sementara menyimpulkan bahwa sebagian besar korban yang meninggal akibat terinjak dan sesak napas.
Diketahui bahwa pendukung Arema FC tidak terima atas hasil kekalahan 2-3 dari Persebaya di kandangnya sendiri.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD telah menekankan bahwa tragedi ini bukan pertikaian antarpendukung sepak bola sebab pendukung Persebaya tidak boleh ikut menonton di lapangan karena tim tandang.
“Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antara suporter Persebaya dan Arema sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,” kata Mahfud saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Minggu (2/10/2022). (fat)