Jakarta (pilar.id) – Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Retno Asti Werdhani mengatakan, hingga saat ini belum terdapat obat yang secara spesifik untuk menyembuhkan infeksi virus monkeypox atau cacar monyet. Namun beberapa tindakan terapi yang bersifat simtomatik dapat diberikan kepada pasien.
“Untuk pengobatan, sampai saat ini memang belum ada obat khusus ya,” kata Retno, di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Beberapa tindakan terapi tersebut antara lain seperti memberikan obat antinyeri apabila pasien mengalami nyeri. Begitu juga apabila demam, serta gatal cukup diberikan obat antidemam dan antigatal. “Termasuk pemberian cairan dan makanan untuk menjaga nutrisi dan daya tahan tubuh,” kata dia.
Retno menyarankan agar masyarakat tidak melakukan kontak langsung dengan pasien untuk menghindari penularan. Kemudian mencuci tangan sabun yang bisa membunuh virus, serta menjaga imnuitas tubuh.
Terkait dengan vaksin cacar atau smallpox, menurut Retno sudah cukup untuk memberikan perlindungan terhadap serangan monkeypox. Namun, untuk generasi 90-an hingga saat ini yang belum pernah mendapatkan vaksin tersebut, perlu memperhatikan gejala-gejalanya.
“Minimum mereka melakukan deteksi dini pada gejala-gejala yang dialami dan melaporkan kepada puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata Anggota Medical Committe & Physician RS UI ini.
Ia menjelaskan pasien cacar monyet akan melalui 2 fase, yaitu demam dan ruam. Masing-masing terjadi mulai dari 0-5 hari sejak terinfeksi, kemudian fase ruam biasanya terjadi 1-3 hari setelah demam dan berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.
“Karena ini, kalau ketemu kasus ini atau suspect maupun probable dengan adanya ruam kita isolasi sampai dengan 21 hari atau 3 minggu,” jelas dia. (ach/hdl)