Jakarta (pilar.id) – Tim peneliti kedokteran komunitas dari Universitas Indonesia (UI) telah mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial dan akses bebas ke informasi di dunia maya yang tak terkontrol dapat mengancam kesehatan jiwa anak muda di Indonesia.
Ray W. Basrowi, seorang anggota tim peneliti kedokteran komunitas, mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial yang tidak terkendali dapat berdampak pada kesehatan jiwa anak muda, terutama pada kelompok rentan usia 17-27 tahun.
Beberapa indikator menunjukkan bahwa penggunaan media sosial pada perangkat pintar juga dapat memperlambat perkembangan kognitif anak pada rentang usia pertumbuhan 0-1000 hari pertama.
Contoh yang disebutkan adalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh seorang konten kreator terkenal berinisial B. Akibat keterlibatannya yang aktif, B didiagnosa mengalami gangguan bipolar atau pertimbangan bunuh diri akibat bipolar.
Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan ekstrem dalam suasana hati, energi, dan tingkat aktivitas. Penderita gangguan bipolar dapat mengalami episode mania (suasana hati yang sangat tinggi dan penuh energi) dan depresi (suasana hati yang sangat rendah dan kekurangan energi).
Ray menjelaskan bahwa akibat penyakit bipolar, B harus mengonsumsi obat seumur hidup, dan jika tidak, hal itu dapat memengaruhi konsentrasi dan aktivitas sehari-hari.
“Kisah B adalah salah satu dari banyak contoh penyintas. Banyak penelitian di dalam negeri menunjukkan bahwa 25 persen mahasiswa baru mengalami ansietas, 32 persen ibu muda mengalami depresi post-partum, bahkan 32 persen kasus perceraian disebabkan oleh gangguan jiwa ini,” ujar Ray.
Penyiaran informasi dengan tingkat kredibilitas yang rendah, terutama terkait dengan suatu penyakit, juga diidentifikasi sebagai penyebab tingginya kasus gangguan jiwa di masyarakat. Ray menyebutkan bahwa 82 persen responden yang terdiri dari berbagai ahli, seperti akademisi, psikolog, dokter spesialis, praktisi kesehatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil, sosio-antropolog, dan budayawan, menyatakan bahwa isu kesehatan jiwa sangat penting.
Tim peneliti kedokteran komunitas menilai bahwa pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis bersama para ahli kesehatan dan sosio-antropolog untuk mengatasi dampak negatif pemanfaatan media sosial dan informasi di dunia maya terhadap kesehatan anak muda.
“Anak muda adalah aset yang harus dilindungi sebagai modal untuk mencapai Indonesia emas 2045,” tambah Ray. (ipl/hdl)