Jakarta (pilar.id) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini merilis laporan terbaru mengenai varian SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang mendominasi di seluruh dunia.
Menurut mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, terdapat empat Variants Of Interest (VOI) dan lima Variants Under Monitoring (VUM) yang saat ini menjadi fokus pemantauan.
Informasi tersebut disampaikan oleh Tjandra dalam sebuah acara di Jakarta pada hari Minggu (17/12/2023). Ia menekankan pentingnya memahami persentase varian atau subvarian yang saat ini beredar di Indonesia, serta perkembangannya dari waktu ke waktu.
Dalam laporan WHO Covid-19 Epidemiological Update terbaru, yang diterbitkan pada 24 November 2023, Tjandra menyebutkan bahwa WHO sedang memonitor beberapa varian yang kini banyak ditemui di berbagai negara.
Empat VOI yang mencuat adalah XBB.1.5, XBB.1.16, EG.5, dan BA.2.86, sementara lima VUM yang diawasi meliputi DV.7, XBB, XBB.1.9.1, XBB.1.9.2, dan XBB.2.3.
Menurut keterangan resmi WHO, VOI adalah varian Covid-19 yang memiliki kemampuan genetik yang dapat memengaruhi karakteristik virus, seperti tingkat keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, penularan, dan kemampuan menghindari diagnostik. VOI juga diketahui dapat menyebabkan penularan antarkomunitas atau menjadi penyebab munculnya klaster Covid-19.
Di sisi lain, VUM adalah varian yang diawasi karena potensinya menyebabkan peningkatan angka kasus Covid-19 di beberapa negara akibat penyebaran yang luas.
Tjandra, yang juga merupakan pakar Pulmonologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyoroti informasi dari Pemerintah Singapura. Mereka melaporkan bahwa lebih dari 60 persen kasus di wilayah tersebut disebabkan oleh virus Covid-19 jenis JN.1 yang merupakan bagian dari varian BA.2.86.
“Singapura menyatakan bahwa sampai akhir November 2023, lebih dari 70 persen kasus Covid-19-nya disebabkan varian EG.5 dengan sub-lineage HK.3,” ungkap Tjandra.
Singapura baru-baru ini mengalami peningkatan kasus Covid-19 sebesar 75 persen, mencapai 56.043 kasus pada periode 3 hingga 9 Desember 2023 dibandingkan dengan 32.035 kasus di pekan sebelumnya.
Tjandra menambahkan bahwa varian BA.2.86 telah menyebar ke 46 negara dan secara klinis tidak berbeda dengan varian yang sudah beredar sebelumnya. Sementara itu, varian EG.5 diketahui menjadi varian yang paling banyak beredar, dilaporkan dari 89 negara di dunia dan menyumbang sekitar 51,6 persen dari sekuen genom yang dikirimkan ke GISAID. (usm/ted)