Surabaya (pilar.id) – Bulan Februari identik dengan kasih sayang. Tak hanya kepada pasangan, namun juga bisa ke teman, saudara hingga ke ibu.
Hal itulah yang menginspirasi Prodi Desain Fashion and Textile (DFT) dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra untuk berkaloborasi menciptakan sebuah pameran kebaya bertajuk The Story of Her, yang diangkat berdasar cerita mengenai sosok ibu di kehidupan mereka, di gedung Q UK Petra, Rabu (8/2/2023)
Seperti disampaikan Purnama Esa Dora, dosen prodi Desain Fashion and Textile, pameran ini tak hanya menampilkan hasil kebaya dari mahasiswa DFT. Namun juga menayangkan video buatan mahasiswa ilmu komunikasi mengenai makna dan perjalanan dalam membuat kebaya tersebut.
“Ada 24 kebaya dari mahasiswa DFT dan 24 video dari anak ilmu komunikasi, yang saling bekerjasama, jadi yang buat dokumentasi anak ilkom, kebayanya dari DFT,” sebutnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan jika project bersama ini merupakan langkah awal bagi mahasiswa DFT untuk menciptakan fashion berdasar cerita mereka.
“Kalau untuk dikormesilkan belum ada tujuan kesana, karena karya mereka ini dibuat khusus untuk dirinya sendiri,” jelasnya.
Selain itu, pada pembukaan pameran kebaya yang akan berlangsung hingga 10 Februari 2023 ini, juga turut dihadiri istri Walikota Surabaya, Rini Indriyani.
Dalam sambutannya, ia mengaku takjub saat melihat rancangan kebaya mahasiswa UK Petra, yang ditampilkan saat fashion show oleh para desainernya sendiri.
“Tadi desainnya modern dan kekinian, tetapi saya harap, mahasiswa tak hanya membuat tapi juga menggunakan, serta mempromosikan, agar kebaya lebih dikenal luas hingga ke mancanegara,”
Melihat potensi yang dimiliki mahasiswa UK Petra, Rini nama panggilannya, berkeinginan mengajak kerjasama mahasiswa DFT untuk menghidupkan kembali batik Surabaya, yang belum banyak peminatnya.
“Saya berharap ada kontribusi untuk kota Surabaya, dengan kaloborasi, salah satunya kita punya produk batik Surabaya, yang hingga kini, kita belum menemukan desainer yang pas untuk mengembangkan batik Surabaya, maka saya harap UK Petra dan Pemerintah Kota Surabaya dapat bekerjasama mengembangkan batik Surabaya, sebagai warisan,” pesan Rini dalam sambutannya.
Sementara itu, pada proses pembuatannya, Chavella Christensia, salah satu desainer Kebaya, menerangkan, jika kebaya buatannya yang mayoritas berwarna biru tersebut, dikerjakannya selama 3 bulan di semester 5 lalu.
“Saya melihat sosok ibu saya itu lembut, anggun namun juga tegas, maka saya memilih warna biru, yang melambangkan ketenangan, lembut serta tegas,” ucap mahasiswa semester 6 jurusan DFT ini.
Meski begitu, Chavella mengaku bila ibunya sendiri, belum mengetahui jika kebaya hasil desainnya tersebut terinspirasi dari karakter dirinya yang diwujudkan dalam sebuah busana anggun tersebut.
“Mama sudah lihat kebaya ku, katanya cantik, tapi dia belum tahu kalau ini terinspirasi dari dirinya,” tutupnya. (jel/hdl)