Jakarta (pilar.id) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, masih terdapat tren kenaikan harga komoditas di April 2022. Kenaikan harga yang terus terjadi itu, berpotensi meningkatkan inflasi di Indonesia. Tingginya inflasi nantinya dapat meningkatkan garis kemiskinan.
Pengamat ekonomi IndoGo Network, Ajib Hamdani menilai, kondisi dengan inflasi yang tinggi akan menaikan rasio gini. Situasi yang akan semakin sulit, karena Indonesia akan masuk ke perangkap kelas menengah, dan sulit membuat Indonesia menjadi negara maju.
Paling tidak, kata Ajib, ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, pemerintah harus terus mendorong penurunan rasio gini. Instrumen moneter dan fiskal harus memberikan ruang agar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa bertumbuh.
Karena UMKM inilah yang menjadi tulang punggung dan menyebabkan masyarakat bisa naik kelas. Sekian itu, sektor UMKM menopang lebih dari 60,8 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Akses kebijakan, keuangan dan ekosistem bisnis harus terbangun lebih baik.
“Kebijakan pemerintah sementara masih belum pro dengan UKM ini, karena rasio kredit hanya kisaran 18,6 persen dari total kredit mengalir,” kata Ajib, Jumat (8/4/2022).
Kedua, lanjutnya, pemerintah harus menyusun strategi agar sektor kewirausahaan dapat diberikan ruang yang maksimal. Karena mesin ekonomi yang digerakkan oleh pemerintah relatif terbatas.
Pemerintah hanya mempunyai kemampuan belanja 2.700 triliun setahun, yang tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Harus ada mesin swasta yang menggerakkan dan memberi daya ungkit maksimal terhadap ekonomi nasional.
“Ketiga, likuiditas harus lebih banyak didorong di perputaran ekonomi yang ada,” tegasnya. (din/Antara)