Jakarta (pilar.id) – Era modern dengan perkembangan teknologi digital memang membuat banyak hal menjadi lebih mudah. Termasuk dalam urusan mencari literatur. Kelebihan ini lah yang coba dimanfaatkan dan dikembangkan oleh Perpustakaan Universitas Indonesia (UI).
Mereka berupaya untuk terus mengembangkan layanan perpustakaan UI di era digital. Sehingga, dapat mempermudah masyarakat yang memerlukan akses mencari kebutuhan literatur.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris dalam keterangannya di Depok, Sabtu (30/7/2022) mengatakan dampak perkembangan teknologi informasi terhadap materi perpustakaan yang beragam.
Menurut Prof Haris, sebagai pengelola perpustakaan, pustakawan harus mampu mengikuti perkembangan ini, terutama dalam manajemen koleksi perpustakaan.
“Manajemen koleksi perpustakaan merupakan kegiatan intelektual yang bersifat kompleks dan penting di era sistem digital. Transformasi manajemen koleksi perlu dilakukan dan disesuaikan dengan ekosistem digital guna mempermudah akses pemustaka terhadap koleksi perpustakaan,” kata Prof Haris.
Transformasi manajemen perpustakaan di perguruan tinggi mendukung implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sementara itu Kepala UPT Perpustakaan UI, Mariyah mengatakan sebagai implementasi program MBKM, perpustakaan perguruan tinggi harus melakukan transformasi dalam pengelolaan perpustakaan, baik dari sisi management of collection, management of knowledge, maupun transfer of knowledge.
Hal ini sesuai dengan tagline Perpustakaan Nasional RI tahun 2022, yaitu “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional”.
“Tagline ini harus menjadi dasar atau pijakan bagi para pustakawan di Indonesia dalam mengelola perpustakaan,” kata Mariyah.
Standar dalam pengorganisasian informasi dan katalogisasi mengalami perkembangan. Awalnya, perpustakaan dalam mengorganisasi informasi menggunakan Anglo American Cataloging Rules (AACR) sebagai pedoman pengorganisasian informasi.
Karena perkembangan teknologi dan pengguna membutuhkan akses lebih luas terhadap koleksi, pengorganisasian informasi mengalami perubahan dan secara bertahap beralih menggunakan standar internasional baru, yaitu Resource Description and Access (RDA).
Menurut Pustakawan National Library of Australia, Wishnu Hardi, menjelaskan penting bagi pustakawan untuk mempelajari perkembangan di bidang bibliografi, khususnya terkait standar pengkatalogan dalam konteks internasional.
Hal tersebut karena pengkatalogan merupakan inti dari perpustakaan. Kegiatan pendeskripsian materi koleksi merupakan salah satu fondasi keilmuan yang membedakan pustakawan dengan profesi lainnya. Untuk menghasilkan produk atau katalog berkualitas baik, pustakawan harus memenuhi standar pengkatalogan yang ditetapkan.
“Ada beberapa perubahan dari tahun ke tahun mengenai standar internasional pengkatalogan sebelum akhirnya digunakan pengkatalogan RDA sejak 2013. Untuk memahami RDA, pustakawan harus memahami Functional Requirements for Bibliographic Records (FRBR) sebagai landasan dalam pengkatalogan koleksi,” kata Wishnu. (fat)