Indramayu (pilar.id) – Kaos berkerah warna merah itu, adalah seragam yang selalu dikenakan Amin pada hari Sabtu dan Minggu.
Jika pria berusia 54 tahun itu sudah mengenakan seragam kaos merah berkerah, arah tujuannya pun sudah bisa dipastikan. Amin, sedang menuju ke SMK Hasanudin Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Di gedung SMK Hasanuddin itu, sebuah sekolah tanpa batas biasa dilangsungkan. Nama sekolah itu sama seperti apa yang tertulia di bagian punggung kaos merah berkerah yang dikenakan Amin; PKBM Family Kandanghaur.
Sebuah sekolah atau tempat belajar yang saat ini mendapat dukungan dan pembinaan dari Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Di sekolah ini, PKBM Family Kandanghaur ini, Amin bersama siswa-siswa lainnya meluangkan waktu untuk belajar ilmu pengetahuan alam dan mata pelajaran formal lain setingkat SMA.
Di FKBM Kandanghaur ini pula, Amin dan teman-temannya mengasah keterampilan komputer, konveksi, dan tata boga.
Sedangkan hari Senin sampai Jumat, Amin melakukan pekerjaan rutinnya sebagai salah satu orang yang diperbantukan di desa. Selain itu, Amin juga jadi pembudidaya rumput laut.
Salah satu motivasinya kembali duduk di bangku sekolah adalah untuk naik status sebagai pegawai administratif desa yang mensyaratkan ijazah SMA sederajat.
Di kampungnya, nama Amin tersohor sebagai preman pensiun. Kenakalan di masa remajanya itu membuat ia jadi anak putus sekolah. Ia tamatan SMP sampai usia kepala lima.
Namun, pengalaman hidup di jalanan di masa lalu itu mengasah dirinya sebagai pribadi pemberani. Seperti saat ini, ia berani balas dendam atas kesalahan di masa lalunya dengan ikut program kejar Paket C.
Amin tercatat sebagai siswa paling tua di PKBM Family Kandanghaur. Amin tidak sendiri, tepat beberapa tahun usia di bawahnya, ada Budi 47 tahun, siswa PKBM kejar Paket C. Seorang anak buah kapal (ABK) putus sekolah yang coba peruntungan naik pangkat jadi nahkoda.
Sebelum dites kemampuannya mengendalikan kapal, Budi mula-mula harus mengantongi ijazah SMA sederajat.
Lain dengan Amin, Budi belajar di PKBM mengikuti jadwal kapal. Seperti saat ini, Budi libur dari melaut selama dua bulan karena kapalnya sedang bersandar. Kesempatan berada di darat ia manfaatkan untuk belajar.
Lain lagi cerita Farhan 16 tahun, siswa kejar Paket B di PKBM Kandanghaur. Dari jauh, ia tampak menonjol dari kawan-kawannya di kelas karena fisiknya yang tinggi dan hidungnya yang mancung.
Ia juga mudah dikenali dari cara bicaranya yang masih terbata-bata berbahasa Indonesia. Farhan berdarah setengah Arab dari ayahnya, dan setengah Indonesia dari ibunya.
Farhan lahir dan besar di Arab Saudi. Sejak 2018, ia diboyong ibunya ke tanah air meninggalkan negeri Timur Tengah itu.
Farhan melanjutkan sekolah sebagai siswa kejar Paket A, lalu lanjut kejar Paket B. Saat ini Farhan duduk di tingkat akhir kejar Paket B dan akan melanjutkan ke kejar Paket C.
Ketua PKBM Family Kandanghaur, Nasirudin, 33 tahun menuturkan sejak berdiri pada tahun 2007 sampai sekarang, PKBM Family menerima siswa dari semua usia.
Selama belasan tahun berdiri, PKBM Family meluluskan ratusan alumni. Beberapa di antara alumni mereka saat ini menjabat sebagai Kuwu (sebutan bagi kepala desa di Kabupaten Indramayu) di daerahnya masing-masing.
“PKBM Family ini awalnya didirikan untuk memfasilitasi masyarakat di daerah Eretan yang dulu masih banyak buta aksara. Berawal dari program pemberantasan buta aksara, kemudian kami membuat program kejar Paket A sampai C,” katanya, Selasa (28/2/202).
Nasirudin dan jajaran pengurus di PKBM Family berkomitmen untuk mendirikan sistem pendidikan yang seefisien dan semaksimal mungkin.
Efisien karena menyesuaikan waktu beberapa siswa yang bekerja sambil sekolah, maksimal karena semua kurikulum wajib untuk pendidikan formal diberikan ditambah pendidikan keterampilan.
“Kami mengusung slogan ‘sekolah jalan, kerja jalan’. Jangan sampai sekolah ganggu aktivitas bekerja, tapi juga pendidikan harus tetap jalan,” sambungnya.
Saat ini, siswa PKBM Family berada di rentang usia 15 sampai 54 tahun. Total ada 58 siswa aktif, diantaranya 32 orang yang tergabung di Paket C, 18 orang Paket B, dan Paket A sebanyak 8 orang.
“Selain pendidikan setara sekolah formal, kami juga memberikan tiga keterampilan kepada siswa, yaitu keterampilan komputer yang mencakup pengetahuan office dan desain grafis. Lalu keterampilan usaha jasa konveksi yang mencakup keterampilan menjahit dan teknik sablon, dan terakhir usaha jasa makanan dan tata boga,” tambah Nasirudin.
PKBM Family menerima siswa dari seluruh Kabupaten Indramayu. Untuk mendaftar, calon siswa cukup membawa akta kelahiran dan kartu keluarga. Khusus kejar Paket B dan C, calon siswa diminta membawa bukti ijazah pendidikan sebelumnya.
“Soal pembiayaan, kami pakai sistem saling subsidi. Kami mendapatkan dukungan melalui program CSR PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java), kami juga upayakan mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Kami maksimal menarik iuran dari siswa di angka Rp500 ribu per orang sampai lulus,” katanya.
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java memang memiliki komitmen untuk mendukung penyediaan pendidikan terutama di wilayah pesisir yang beririsan dengan wilayah kerja mereka.
Dimana, dukungan tersebut diwujudkan melalui pembinaan dan pemberian dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pengembangan PKMB Family Kandanghaur.
“Kami berkomitmen ikut dalam penyediaan pendidikan yang mudah diakses untuk wajib belajar di wilayah pesisir, khususnya yang beririsan dengan wilayah kerja perusahaan,” Head Communication, Relations, & CID Zona 5 PHE ONWJ, R. Ery Ridwan. (fat)