Pontianak (pilar.id) – Dilihat dari pola konsumsi menurut data BPS bahwa konsumsi per kapita minyak goreng Kalimantan Barat per orang mencapai 0,6 kilogram.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Barat Syarif Kamaruzaman mengatakan kebutuhan minyak goreng untuk masyarakat mestinya tercukupi.
“Jika dengan jumlah penduduk 5,4 juta jiwa maka didapatkan kebutuhannya 4.150 ton per bulan,” ungkap Kamaruzaman kepada pilar.id,
Menurutnya kebutuhan itu bisa terpenuhi jika dibandingkan dari produktivitas perusahaan minyak goreng di Kalbar. Sebagai perusahaan yang memproduksi minyak goreng, produktivitasnya sekitar 500 ton per hari. Jika dihitung sebulan maka produksinya mencapai 15 ribu ton per bulan.
“Sekitar 70 persen produksinya untuk kebutuhan pangsa pasar di Kalimantan Barat,” tegasnya.
Dijelaskannya, berdasarkan KSOP Pontianak data perdagangan antar pulau untuk komoditi minyak goreng sampai Februari 2022 yang didistribusikan ke Kalbar sebesar 1.507 ton.
Namun ia juga mengakui di lapangan masyarakat masih kesulitan memperoleh minyak goreng curah maupun kemasan. “Data itu harusnya ketersediaan migor aman dengan jumlah produksi dari perusahaan dalam kondisi normal bisa memenuhi kebutuhan minyak goreng Kalbar,” urainya.
Dijelaskannya pihaknya sudah melakukan beberapa langkah untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan stok bahan pokok. Termasuk minyak goreng.
Seperti mengintensifkan pemantauan untuk memastikan kebutuhan tercukupi. Kemudian berkoordinasi dengan pemkab/pemkot dan inseksi mendadak ke pasar-pasar tradisional dan modern.
“Kami juga melakukan pendekatan dan koordinasi dengan pelaku usaha agar tidak menaikkan harga bahan pokok, dimana saat ini tiba-tiba melebihi HET dan harga acuan penjualan ditingkat konsumen,” imbuhnya
Pihaknya juga memastikan harga harga kebutuhan pokok masih relatif stabil meskipun ada beberapa yang mengalami kenaikan harga. Seperti gula pasir, dari HET Rp12.500 menjadi Rp14.500.
“Untuk harga daging sapi, ayam, dan telur ayam ras, selalu fluktuatif bila menjelang hari besar keagamaan,” cetusnya.
Wakil Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan mengatakan dari sisi produksi kebutuhan minyak goreng bisa tercukupi. “Permasalahan biasa di distribusi,” ungkap Wagub.
Selain itu dilanjutkannya kelangkaan yang terjadi juga disebabkan kepanikan masyarakat. Kondisi itu membuat masyarakat membeli minyak goreng melebihi kebutuhannya.
“Satu orang bisa beli sampai sepuluh kantong dan ini menyebabkan kelangkaan minyak goreng. Semestinya membeli sesuai kebutuhan,” jelasnya lagi.
Ditambahkannya bahwa akan digelarnya operasi pasar untuk mengantisipasi kelangkaan. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk menindak yang menimbun minyak goreng. Penimbunan dilanjutkan Norsan semestinya tidak dilakukan karena minyak goreng harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. (dinaprihatini)