Jakarta (pilar.id) – Belakangan semakin marak kasus eksibisionis atau orang yang mengekspos alat kelaminnya ke orang lain. Secara psikologi, orang tersebut tidak bisa mengontrol rangsangan seksualnya.
Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta, Wahyu Aulizalsini menjelaskan, sebelum seseorang melakukan tindakan eksibisionis, biasanya orang tersebut bakal membayangkan rangsangan seksualnya dengan apapun.
Bisa dengan membayangkan benda mati seperti meja, motor dan sebagainya. Lalu misalnya orang yang tidak bisa mengontrol rangsangan seksualnya yakni melakukan kontak seksual dengan anak-anak atau lawan jenisnya dan menunjukkan alat kelaminnya.
“Memang kalau dilihat semakin tingginya kasus eksibisionis akhir-akhir ini, karena pelakunya tidak bisa mengontrol rangsangan seksualnya,” kata Liza kepada Pilar.id, Sabtu (11/6/2022).
Maka dari itu, menurut Liza, kondisi-kondisi seperti ketidakmampuan mengontrol rangsangan seksual dan pikirannya membuat pelaku nekat memamerkan alat kelaminnya.
“Alhasil didiagnosis ini adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol diatresnya. Jadi konsekuensinya pasti akan berdampak negatif pada orang lain,” ujarnya.
Viral di media sosial cuplikan video CCTV yang menampilkan seorang pria pengendara motor melakukan aksi ekshibisionis terhadap wanita paruh baya berinisial E di Gang Bina Warga Poci, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, pada Kamis (9/6/2022).
Aksi cabul pelaku tindak asusila eksibisionis berawal ketika melihat korban yang berjalan seorang diri di sebuah gang kawasan permukiman. Saat kejadian, gang yang diakui korban dalam keadaan sepi.
Pelaku kemudian mengikuti korban menggunakan motor dan mendahuluinya. Setelah sampai di ujung gang, pelaku memutar balik sepeda motor ke arah korban.
Ketika berpapasan dengan korban, pelaku langsung memamerkan alat vitalnya sembari mengendarai motor. Usai memamerkan alat vitalnya, pelaku langsung melarikan diri. Sementara korban menangis lantaran ketakutan atas ulah pelaku. (her/din)