Jakarta (pilar.id) – Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti menilai, koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hanya sebatas kerja sama partai politik (parpol) semata. Artinya koalisi yang mereka bentuk belum lama ini bukan untuk menentukan figur pasangan calon presiden dan wakil presiden.
“Saya kira Pak Prabowo masih mencari figur yang tepat untuk mendampingi beliau di pemilihan presiden (pilpres) 2024,” kata Ray kepada Pilar.id, di Jakarta, Senin (15/8/2022).
Ray melihat, duet antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tak berpotensi untuk meraih kemenangan pada pemilu 2024 nanti. Apalagi kalau melihat Prabowo sendiri perolehan suaranya stagnan di bawah 20 persen, sehingga membutuhkan figur calon wakil presiden yang bisa mendongkrak suara.
“Kalau dilihat Cak Imin, jangankan untuk RI 1, RI 2 saja pun kesulitan nama beliau muncul di top 3 calon wakil presiden. Jadi amat riskan dengan posisi Cak Imin,” kata Ray.
Menurut Ray, Prabowo lebih cocok dipasangkan dengan Puan Maharani. Peluang Puan untuk menjadi wakil presiden, dinilai lebih bagus dibanding Cak Imin. “Dia masuk 3 besar dari posisi calon wakil presiden ya. Kalau untuk calon presidennya ya sudah sangat ketinggalan, tidak sampai 5 persen,” jelas Ray.
Bahkan, Ray membandingkan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Cak Imin pun masih kalah pamornya. “Lebih mentereng lah, lebih kuat personnya. Apalagi ditambah partai,” kata dia.
Persoalan lain, lanjut Ray, rendahnya elektabilitas Prabowo karena publik tidak melihat kebaharuan dalam dirinya. Artinya, mayoritas pemilih Prabowo adalah para loyalisnya saja. “Sejauh ini belum nambah. Kalau saya kira yang ada saat ini bukan pemilih milenial tapi apakah figur Prabowo menarik bagi kelompok milenial itu juga persoalan,” kata Ray.
Selain itu, Prabowo juga butuh figur yang kuat untuk menepis anggapan publik ‘4L’ (lu lagi, lu lagi). Menteri Pertahanan RI itu tercatat pernah mengikuti 3 kali pilpres, yaitu pada tahun 2009 berpasangan dengan Megawati, 2014 berpasangan dengan Hatta Rajasa, dan terakhir 2019 bersama Sandiaga Uno.
“Makanya itu tantangan Pak Prabowo, dia harus cari betul calon wakil presiden yang bisa menambah suaranya. Sebab, kalau mengandalkan suaranya saja ya sulit, karena faktor 4L itu ya,” tutup Ray. (Akh/din)