Jakarta (pilar.id) – Chief Compliance Officer (COO) Reku Robby mengamati bahwa siklus halving Bitcoin tahun 2024 memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan halving-halving sebelumnya. Menurutnya, Bitcoin berhasil mencapai harga tertinggi sebelum momen halving terjadi, berbeda dengan pola umum di mana lonjakan harga terjadi setahun setelah halving.
“Kondisi pasar saat ini jauh dari perkiraan, terutama sebelum pencapaian All Time High (ATH) yang biasanya tidak terjadi pada saat-saat seperti sekarang. Namun, pada tahun 2024, ATH tercapai lebih cepat,” ujar Robby dalam diskusi Reku Finance Flash di Jakarta pada Kamis (14/3/2024) malam.
Halving Bitcoin terjadi setiap empat tahun sekali, di mana imbalan bagi para penambang Bitcoin berkurang setengah setelah menambang 210.000 blok. Diprediksi bahwa halving Bitcoin tahun ini akan terjadi pada bulan April mendatang.
Robby menjelaskan bahwa beberapa faktor turut mendorong harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi sebelum momen halving, termasuk persetujuan ETF Bitcoin Spot di AS oleh Securities and Exchange Commission (SEC) pada bulan Januari 2024.
“ETF membuka pintu bagi mereka yang sebelumnya ragu untuk menyimpan aset kripto. Dengan ETF Bitcoin Spot, investasi kripto menjadi lebih mudah diakses,” ungkap Robby.
Selain itu, minat institusi besar dalam investasi aset kripto juga berkontribusi pada kenaikan harga Bitcoin, memacu harga tersebut mencapai rekor tertingginya.
“Diharapkan bahwa di Indonesia juga akan terjadi hal serupa dengan institusi ikut terlibat. Sehingga, tidak hanya investor individu yang bertransaksi kripto, tetapi juga institusi,” tambahnya.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya, juga menyampaikan bahwa dengan semakin banyaknya individu dan institusi yang membeli Bitcoin, suplai Bitcoin semakin terbatas, yang berdampak pada peningkatan harga di pasar.
“Tingginya minat sebelum halving dapat menjadi indikator akan terjadinya kenaikan harga setelah halving,” ujar Tirta.
Tirta juga menyebut bahwa pihaknya telah memperhatikan produk ETF Bitcoin Spot untuk diterapkan di Indonesia, meskipun saat ini fokus utama Bappebti adalah memberikan fitur tambahan bagi investor kripto seperti staking dan perdagangan berjangka (futures).
Sementara itu, Co-Founder Komunitas BitcoinIndo21, Dimas Surya Alfaruq, menambahkan bahwa adanya sentimen positif terhadap aset kripto menjelang halving Bitcoin nanti.
“Investor perlu mempersiapkan strategi trading dan investasi untuk mengoptimalkan potensi kenaikan harga Bitcoin. Halving Bitcoin memicu penurunan pasokan di pasar, yang berpotensi mengangkat harga Bitcoin secara signifikan,” ungkapnya.
Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa pasar kripto saat ini tengah mengalami fase bullish, dan investor disarankan untuk memanfaatkan peluang ini dengan bijak. (hdl)