Jakarta (pilar.id) – Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Ade Reza Haryadi menilai, situasi politik di tahun 2022 akan semakin dinamis. Konsolidasi politik figur yang hendak menjadi calon presiden akan semakin intens, disertai dengan mobilisasi kelompok masyarakat bertamengkan kelompok relawan.
Potensi pemanfaatan sumber daya negara untuk kepentingan politik praktis individu maupun kelompok politik tertentu akan semakin besar. Menurutnya, tahun 2022 juga akan diwarnai dinamika politik di tingkat lokal sesuai dengan berakhirnya masa jabatan kepala daerah.
“Suhu politik yang makin tinggi ini tentu perlu dikelola dengan baik agar tidak berkembang menjadi gejolak yang dapat menimbulkan instabilitas sosial politik,” kata Ade kepada Pilar.id, Rabu (29/12/2021).
Sementara itu, munculnya partai baru akan turut mendinamisasi kompetisi politik dan sekaligus memperkaya alternatif pilihan politik bagi publik. Namun, signifikansinya akan tergantung pada seberapa besar basis sosial yang dimiliki, dukungan logistik, kekuatan figur, infrastruktur organisasi, serta visi ideologis parpol baru yang bersangkutan.
Jika melihat partai politik baru yang ada saat ini, tampaknya masih dalam kesan muncul sebagai resultan dari dinamika internal partai-partai lama. Sulit bagi publik untuk tidak melihat munculnya Partai Gelora dari dinamika internal PKS, begitu pula dengan partai Ummat yang muncul setelah terjadi kompetisi di Partai Amanat Nasional (PAN).
Oleh karena itu, partai politik baru tersebut perlu keluar dari frame politik untuk meraih ceruk suara dari basis sosial yang sama dari partai mapan sebelumnya. Basis sosial mesti diperluas dengan menawarkan gagasan baru yang aktual dan relevan dengan kepentingan publik.
Apabila faktor dan modal strategis penting lainnya untuk dikembangkan malah tidak dapat dipenuhi, maka sulit bagi partai politik baru untuk meraih peluang yang lebih besar.
“Untuk menyongsong 2024, tentu tidak hanya sekedar fokus memenuhi syarat administratif agar lolos sebagai peserta pemilu, namun juga membangun political brand dan jejaring basis sosial yang kuat,” pungkasnya. (her)