Shizuoka (pilar.id) – Jepang merupakan sebuah negara yang menjadi pusat teknologi. Negara ini memiliki penduduk dengan karakter tepat waktu yang sudah dikenal oleh dunia internasional. Dan karakter ini, sudah begitu melekat dalam keseharian mereka.
Saya bersyukur telah mendapatkan kesempatan belajar di Prefektur Shizuoka, untuk melihat secara langsung bagaimana kehidupan dan budaya masyarakat Jepang.
Selama bersekolah di sini, saya mengamati bahwa orang Jepang memiliki karakter positif yang sudah dibiasakan sejak dini. Sebenarnya, karakter baik ini pun sudah diterapkan di Indonesia.
Murid di Jepang sudah terbiasa dengan pola kedisiplinan dan ketertiban dalam segala bentuk kegiatan sehari hari. Kedisiplinan itu terbawa dalam kegiatan sekolah, termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh siswa di Jepang.
Adanya kegiatan ekstrakurikuler ini juga membentuk karakter siswa tersebut dan memunculkan bakat siswa masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler sangat didukung oleh lengkapnya infrastruktur di sekolah. Sehingga kegiatan ekstrakurikuler berjalan dengan maksimal dan anak anak menikmati setiap kegiatan.
Murid sekolah di Jepang sudah terbiasa dengan tepat waktu dalam segala kegiatan. Jadi mereka akan datang sebelum kegiatan dimulai.
Ada satu hal yang saya ketahui bahkan karena tepat waktu inilah, apabila ada keterlambatan di kereta Shinkansen selama 50 detik saja, maka pihak manajemen Shinkansen akan membuat surat permintaan maaf. Dan surat ini bisa digunakan oleh murid yang terlambat datang ke sekolah karena keterlambatan kereta Shinkansen ini.
Pendidikan karakter di Jepang dimulai dari menanamkan kebiasaan sejak dini, seperti halnya bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, serta pembentukan jiwa kepemimpinan.
Bertanggungjawab atas dirinya sendiri memiliki arti bahwa di Jepang terbiasa melayani diri sendiri atau istilahnya self service. Self servis melayani diri sendiri saat berada di supermarket, toko baju, toko second hand dan juga di pertokoan lain sehingga tidak ada petugas kasir yang berjaga. Jadi penanaman karakter jujur juga akan terbentuk.
Setelah beberapa minggu berada di sini, saya mengamati bahwa mereka selalu merapikan sendiri yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka terbiasa mengembalikan bangku pada tempatnya, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan ruangan kelas, serta ruangan lain yang ada di sekolah sesuai dengan piket.
Di sini tidak ada petugas kebersihan sekolah, ya, semacam Pak Bon di sekolah kita. Jadi mereka harus senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, agar selalu bersih dan rapi.
Selain itu, gaya belajar yang digunakan di sini adalah belajar dengan memecahkan permasalahan bersama melalui yang disebut small group discussion di kelas. Dalam kegiatan ini, siswa diharapkan dapat memberikan pendapatnya dan juga bisa menanggapi pendapat orang lain secara bijaksana.
Ada satu pengalaman yang sangat menarik bagi saya, pada saat awal pertama kali mendapatkan tugas kelompok dengan teman sekelas saya untuk pergi ke Bandara Haneda di Tokyo.
Saya sangat senang karena mendapatkan pengalaman untuk mempelajari secara langsung ilmu tentang bagaimana cara kolaborasi antara perusahaan anime dengan perusahaan Japan Airlines.
Setelah serangkaian wawancara dan proses diskusi yang dilakukan dengan pihak manajemen perusahaan, maka kami pun mendapatkan hasil dan menyimpulkan dalam sebuah laporan presentasi.
Setelah berhasil mendapatkan hasil yang diinginkan, maka saya dan teman teman harus kembali ke sekolah dan mempresentasikan hasil dari mempelajari kolaborasi antara perusahaan Anime dengan perusahaan Japan Airlines di depan kelas.
Dengan metode pembelajaran Small Group Discussion ini menjadikan siswa lebih mudah menyelesaikan masalah dan juga berani memberikan pendapat di depan umum.
Menurut pendapat saya selama satu bulan berada di Jepang, pembentukan karakter pada anak sejak dini bagi saya pribadi sangatlah penting.
Saya yakin pembentukan pendidikan karakter sudah diterapkan di Indonesia sejak dini, tinggal kedisiplinan masing-masing anak yang harus ditingkatkan sehingga akan terbentuk karakter disiplin dan kesadaran akan tanggungjawab pribadinya. (Achmad Ravy Surya Gumilang*/hdl)
* Penulis adalah siswa SMK PGRI 1 Gresik yang saat ini mengikuti program pendidikan di Shizuoka Seiko Gakuin Highschool, Jepang