Malang (pilar.id) – Terinspirasi dari seorang teman yang mampu mengembangkan pendidikan di wilayah terbelakang, setelah ikut Istanbul Youth Summit, mendorong Maftuh Ikhsan Nandan Kurniawan mengikuti ajang Konferensi Internasional tahunan tersebut dan menyambet juara ke tiga kategori The Best Project Group di Istanbul Youth Summit 2022 (IYS)
Kepada Pilar.id, Nanda, panggilan akrabnya, mengaku jika ia terinspirasi dengan adik kelasnya yang mampu membentuk organisasi di bidang pendidikan. Sehingga membuat kawannya tersebut dinobatkan menjadi Pemuda Pelopor Nasional oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
“Kalau dia bisa, saya juga pasti bisa. Maka saya ikut pendaftaran IYS bulan September, Saya cari info, bagaimana cara masuknya, seleksinya dan admintrasi dan lain-lain. Waktu pendaftaran di buka saya langsung mendaftar mengikuti tahap seleksi dan berangkat ke Istanbul Februari kemarin,” ujar Nanda
Ia merasa sangat beruntung bisa terplilih untuk berangkat ke Istanbul, dikarenakan Nanda menyebut jika total pendaftar mencapai sekitar seribu pendaftar dan terpilih berangkat ke Istanbul hanya 200 orang dari berbagai negara.
Lebih rinci, ia menjelaskan pada tahap seleksi dirinya harus memilih 5 tema, diantaranya edukasi, kebijakan publik, ekonomi, kesehatan mental, dan kesehatan publik. Ke lima tema tersebut, Nanda memilih edukasi. Di Istanbul berlangsung 4 hari, 2 hari sesi konferensi atau seminar panel. Hari ketiga para peserta mempresentasikan projectnya
“Saat itu disuruh membuat esai edukasi yang bertema krisis pandemi. Bagaimana cara meningkatkan pendidikan di era pandemi, para peserta disuruh mencari ide atau terbosan untuk membuat sebuah project apapun. Alhamdullilah saya lolos seleksi tersebut dan terpilih untuk terbang ke Istanbul,” jelas mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam ini.
Setelah lolos tahap seleksi, untuk mewujudkan ide tersebut. Dibentuklah sebuah kelompok yang beranggotakan masing-masing kelompok 7 hingga 8 orang yang memilih tema edukasi. Nanda merasa beruntung, karena seluruh anggota kelompoknya berasal dari Indonesia, sehingga baginya tak akan sulit dalam berkomunikasi
“Mayoritas peserta yang ikut memang dari Indonesia, namun ada juga dari negara lain, sekitar 8 negara lain yang ikut, seperti Meksiko, Pakistan, Palestina, Malaysa dan lainnya,” sebutnya.
Usai terbentuk kelompok, ke delapan pemuda yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia ini menciptakan ide aplikasi dan website untuk wadah volunteer Pendidikan di Indonesia, maka terciptalah Eduteers yang merupakan kepanjangan dari Education Volunteer
“Dari ide tersebut, kita mempunyai tagline Connecting the Gap, karena pendidikan di Indonesia memiliki ketimpangan yang tinggi, yang pintar teknologi dia akan semakin pintar, namun yang tidak terjangkau teknologi, seperti didaerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal), banyak orang yang belum paham teknologi, tidak lama akan semakin menurun dan kebawah,” jabarnya.
Dalam project ini, Nanda menjelaskan bahwa aplikasi atau website dari Eduteers akan terbuka bagi volunteer atau relawan yang ingin mendaftar. Setelah itu, jika ada tempat yang butuh relawan atau volunteer. Maka tim dari Eduteers akan menerjunkan relawan di daerah tersebut
“Kita stok relawan yang mau, lalu kita bantu dengan pendanaan dengan fasilitas, baru kita terjunkan di tempat yang membutuhkan, itu rencana project kami. Namun project kami itu masih dalam proses pengembangan,” terang mahasiswa semester 8 ini.
Pada tahap pertama, Nanda dengan kelompoknya berhasil berkaloborasi dengan sekolah NKRI di Medan, tepatnya di Lapas Anak. Ada alasan dibalik dipilihnya tempat tersebut, karena menurutnya banyak dari napi anak muda yang diam dipenjara, tidak mendapatkan pelajaran atau pengalaman belajar yang adil dengan orang yang berada di luar penjara.
“Meskipun sekolah NKRI tidak termasuk 3T, karena kita melihat dari Pancasila, sila ke 5 Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka kita terjunkan beberapa relawan di medan, ada teman saya di medan memberikan bantuan Pendidikan disana, untuk tahap awal dari project kami,” ucap pemuda asal Lamongan ini.
Kedepan, Nanda menyampaikan akan banyak berkolaborasi dengan project-project yang bergerak di dunia Pendidikan lain, seperti pada dekat ini akan berkaloborasi dengan project holistic edu, yang merupakan project dari kelompok yang satu tema di IYS
“Untuk pengembangan aplikasinya, kita masih butuh Teknisi IT atau web developer untuk membuat aplikasi dan web tersebut, karena ini baru sebuah ide dan masih perlu banyak lagi pengembangan, butuh banyak support dari pihak yang ingin membantu kami untuk berkembang. Tidak hanya berhenti di konferensi saja,” harapnya. (jel/hdl)