Surabaya (pilar.id) – Universitas Airlangga (UNAIR) telah mengadakan 3rd Green Symposium: “Strengthening The Circular Economy Through Sustainable Green Chemistry” bersama mitra nasional dan internasionalnya. Simposium internasional ini berlangsung dari Kamis (24/04/2024) hingga Jumat (25/04/2024) di Ruang Amerta Lt. 4, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C UNAIR.
Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Masyarakat serta Ketua 3rd Green Symposium, hadir dalam acara tersebut. Beliau menyatakan bahwa UNAIR telah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra, baik dalam maupun luar negeri, untuk memperkuat ekonomi sirkular.
“Kami telah berkolaborasi dengan berbagai mitra, baik dari dalam negeri maupun internasional, untuk turut serta dalam diskusi mengenai ekonomi sirkular,” ujar Prof Nyoman.
Prof Nyoman juga menyoroti pencapaian UNAIR yang meraih peringkat dua nasional dalam pembangunan berkelanjutan versi THE Impact Ranking 2023.
Jawab Isu Lingkungan dan Iklim
3rd Green Symposium menghadirkan narasumber dan panelis dari berbagai mitra UNAIR, baik dalam maupun luar negeri. Di antaranya adalah Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Prof Dr Kazuo Sakka dari Universitas Mie Jepang, Dr Verawat Champreda dari BIOTEC Thailand, Prof Rosli Md Ilias PhD dari Universitas Teknologi Malaya, dan Dr Andi Hamim Zaidan dari UNAIR.
“Simposium ketiga ini telah mengundang berbagai narasumber dan panelis untuk bersama-sama membahas penguatan ekonomi sirkular melalui kimia hijau sebagai upaya mengatasi tantangan lingkungan dan iklim,” ungkap Prof Nyoman.
Prof Nyoman menegaskan bahwa simposium ini menandai tonggak sejarah baru bagi Indonesia dalam menerapkan ekonomi sirkular.
Tantangan dan Peluang Ekonomi Sirkular
Selain itu, Priyanto Rohmatullah, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, juga memberikan sambutan. Priyanto menyebutkan bahwa tingkat keamanan global terus mengalami penurunan akibat tiga masalah utama, yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Untuk mengatasi masalah tersebut, ekonomi sirkular menjadi solusi yang harus didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat,” tambahnya.
“Perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat semuanya memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan ekonomi sirkular. Kami berharap untuk kerja sama lebih lanjut dengan para mitra untuk mewujudkan ekonomi sirkular di Indonesia,” pungkasnya. (ipl/hdl)