Jakarta (pilar.id) – Melihat bayi memiliki tubuh gemuk memang tampak menggemaskan. Namun, jika bayi dan anak-anak sudah mulai obasita, orang tua jutru patut untuk waspada.
Pasalnya, obesitas yang dialami oleh balita dan anak-anak, bisa berpotensi menumpuk masalah kesehatan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa obesitas, bisa memicu komplikasi pada anak-anak dan balita.
Obesitas yang dimaksud olehh IDAI tersebut, terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi. Sehingga terjadi kelebihan energi dan disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
“Keberhasilan penanganan obesitas di Indonesia masih rendah, sebab para orang tua cenderung datang dalam keadaan terlambat dan banyak komplikasi,” ungkap Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Muhammad Faizi saat media briefing yang digelar secara virtual, Selasa (7/3/2023).
Faizi menyebut, tren obesitas saat ini sudah meningkat dan melebihi kewajaran. Adapun tanda-tanda klinis yang tampak pada anak seperti perut buncit, bergelambir hingga memastikan dengan mengukur tinggi dan berat badan.
“Tanda tersebut bisa terlihat. Tapi yang bisa memastikan dengan orang tua rajin menimbang, apabila kurva pertumbuhannya pindah jalur itu perlu menjadi perhatian. Lebih baik mencegahnya dengan modifikasi pola makan anak-anak sehingga bisa mengurangi dampak dari obesitas,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya diabetes. Idealnya obesitas tidak boleh lebih dari tiga persen.
“Kalau kita lihat prevalensi di kurva sudah sampai 20 persen lebih, jadi itu sudah ekstrim banget melebihi normal. Ini harus menjadi alarm yang menyadarkan kita,” ucapnya.
Lebih lanjut, kata Piprim persoalan tersebut merupakan tanggungjawab bersama. Hal pertama yang harus dilakukan yakni memulai dari hulu seperti memperbaiki gaya hidup dan pola tidur hingga berjalan ke hilir seperti ketersediaan sarana dan prasarana serta peran petugas kesehatan.
“Betapa canggihnya dokter rumah sakit tapi tidak bisa menekan penyakit akibat gaya hidup. Gaya hidup ya diatasi dengan gaya hidup dengan pola makan, pola gerak, dan tidur cukup supaya di hilirnya tidak repot,” tandasnya. (riz/fat)