Malang (pilar.id) – Berangkat dari sebuah diskusi beberapa teman tuli dan dengar mengenai keadaan masyarakat yang belum sadar akan keberadaan teman tuli di Malang. Membuat beberapa teman tuli dan dengar yang merupakan satu kampus di Malang tersebut mendirikan sebuah wadah untuk mensosialisasikan bahasa isyarat, serta saling berbagi ilmu kepada teman dengar dan tuli.
Wadah tersebut berwujud sebuah komunitas bernama Akar Tuli yang berdiri sejak 13 September 2013 silam hingga saat ini. Berdasar cerita Maulana Aditya, Ketua Akar Tuli Malang, dia bercerita jika komunitas ini merupakan wujud dari hasil diskusi beberapa mahasiswa tuli dan dengar
“Dulu diawal sekitar 7 orang mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, 2 diantaranya teman dengar. Komunitas ini bertujuan agar masyarakat dapat mengerti dan bisa menggunakan bahasa isyarat, serta lebih menghargai teman tuli,” jelas Adit.
Menurutnya, teman dengar yang dapat menguasai bahasa isyarat dapat membantu teman tuli untuk lebih mengerti kosa kata baru dan ilmu baru dari teman dengar ataupun menjadi juru bicara bahasa isyarat
“Teman tuli juga butuh sharing kepada teman dengar dan teman dengar juga bisa mengerti bahasa isyarat dari teman tuli, jadi saling membantu,” ucapnya.
Komunitas yang bisa diikuti dari berbagai kalangan ini, memiliki beberapa kegiatan rutin, seperti Teater, menggambar, mengajarkan bahasa isyarat melalui live di Instagram, sembari mensosialisasikan bahasa isyarat ke masyarakat luas.
“Saat ini anggotanya sekitar 130 orang, 90 orang teman tuli sedang 40 lainnya teman dengar, jadi kami bisa saling sharing antar teman tuli dan dengar,” sebut Adit alumni Universitas Brawijaya jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian ini.
Meski begitu, Akar Tuli sempat mengalami vakum dari kegiatannya selama pandemi setahun belakangan. Hal itu dikarenakan, pandemi yang kian meningkat di tahun 2021.
“Saat itu, kita tidak bisa bertemu. Berinteraksinya melalui sosia media atau zoom yang memiliki hambatan sinyal dan membuat kita terhambat dalam komunikasi, karena delay atau gambarnya yang freeze. Hanya beberapa kali kegiatan saja,” ujar pria 28 tahun ini.
Disebut Adit, kedepan Akar Tuli tahun ini, akan membuat kelas bahasa isyarat untuk teman dengar, mengadakan diskusi bersama melalui Live Instagram serta di 11 Januari yang merupakan hari Tuli Nasional akan membuat acara,
“Di bulan September harapannya bisa membuat acara besar seperti pawai dalam peringatan hari tuli internasional, untuk mengumpulkan banyak orang, sekaligus mensosialisasikan bahasa isyarat di masyarakat,” ucap pria asal Pasuruan ini.
Tak hanya itu, Adit juga berharap agar teman dengar bisa belajar bahasa isyarat dan menggunakan bahasa isyarat, serta lebih menghargai teman tuli. Baginya, bahasa isyarat penting, apalagi ketika dalam situasi ketika tidak bisa melepas masker atau berbicara, bahasa isyarat mempermudah komunikasi
“Saya juga berharap suatu hari, jika saya punya teman dari pemerintahan, kita bisa saling berdiskusi dan sharing, serta memberikan kesempatan kepada komunitas ini untuk mensosialisasikan bahas isyarat kepada masyarakat dengar lebih luas,” tutup Adit. (jel)