Bandung (pilar.id) – Sosial media tak hanya berfungsi sebagai media yang mengabadikan moment, atau sarana mencari hiburan. Namun juga tempat untuk berbagi informasi, baik sebuah peristiwa, perlombaan maupun hal lainnya.
Hal itulah yang coba dimanfaatkan oleh Ibnu Galih Madini, mahasiswa Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga, (UINSK) ini, semenjak lulus dari Pondok Pesantren di Brebes tahun 2018, dirinya mencari informasi tentang perlombaan ataupun kegiatan kepemudaan. Akhirnya ia menemukan Jabar Future Leader (JFL) pada tahun 2020.
“Aku dulu SMA mondok di Brebes 4 tahun tidak boleh bawa handphone, setelah lulus aku follow beberapa akun yang profit atau bagus di Instagram, akhirnya tahu ada Ajudan Millenial Walikota Bandung dari Instagram kang Emil,” kenangnya.
Meski begitu, pemuda yang tahun ini telah menjadi salah satu ajudan Millenial Jabar ini, tak langsung mengikuti kompetisi tahunan tersebut, namun memilih untuk mempersiapkan dirinya untuk ikut JFL di dua tahun berikutnya, yaitu di 2022.
“Memang sudah di rencanakan jadi selama 2 tahun itu aku mulai mengembangkan dan mempersiapkan diriku melalui berbagai program, seperti memperbanyak portofolio, dalam meningkatkan kualitas diri. Akhirnya 2022, aku ikut JFL ini yang pertama,” cerita mahasiswa di fakultas Adab dan Ilmu Budaya ini.
Ia juga menceritakan, alasan dirinya memberanikan diri mengikuti JFL, karena ia sendiri sudah mengagumi karakter pemimpin dari Gubenur Jawa Barat, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan ingin belajar langsung dari sosok Mochammad Ridwan Kamil atau yang biasa disebut Kang Emil ini. Serta ingin mengubah dirinya menjadi versi terbaik bagi ia sendiri, melalui berbagai inspirasi dari orang lain.
“Saya menemukan bahwa dia itu salah satu pemimpin di Indonesia yang sederhana, visioner, tetapi humble ke orang lain, tidak sombong. Maka aku ingin sekali mendampingi atau belajar di sebelahnya Ridwan Kamil secara langsung,” kata Galih nama panggilannya ini.
Tak hanya itu, dirinya juga menilai kinerja yang dilakukan Gubernur Jawa Barat tersebut sangat berdampak, seperti sebelum menjabat menjadi Gubernur Jabar, Bandung menjadi salah satu kota terburuk di adminstrasinya, tetapi ketika Ridwan Kamil menjadi walikota, Bandung menjadi kota nomor satu terbaik di Indonesia di segi Birokrasi dan Administrasi.
Dalam prosesnya, pemuda asal Banyumas, Jawa Tengah ini menceritakan bila ia mampu lolos tahap pertama menjadi 60 besar mengalahkan 4096 peserta lainnya se Indonesia. Lalu dilanjutkan tahap kedua, berupa tes psikologi serta interview dan berlanjut ke hingga menjadi 30 Ajudan Millenial Jabar 2022.
“Yang ikut tak hanya warga Jabar asli, tetapi bisa dari seluruh Indonesia. Diangkatan saya ada 6 orang yang bukan warga Jabar, termasuk saya, lainnya ada yang dari Jawa Timur, Manado, Bali dan Sumsel,” sebut pemuda yang perneah menjadi Duta Bahasa di Daerah Istimewa Yogya (DIY) ini.
Setelah menjadi salah satu Ajudan Millenial Jabar 2022, kegiatan pertamanya mengikuti bootcamp pelatihan ajudan, selama 4 hari, dari tanggal 28 Maret sampai 31 Maret 2022 di Bandung
“Kami diberi materi oleh pemerintah Jabar, seputar ajudan, kepemimpinan, organisasi kepemudaan dan meningkatkan tali silaturahmi. Lalu penugasan, dibagi masing-masing per orang mendapat jatah satu minggu dari bulan April sampai November, bergilir,” terang pemuda 23 tahun ini.
Kedepan setelah program Ajudan Millenial Jabar 2022 ini usai, mahasiswa semester 6 ini akan berfokus mengurus program ambassador di ASEAN Youth Organization.
“Kalau dulu saya jadi dutanya, sekarang saya yang mengurusi mereka. Jadi ingin fokus kesitu dulu, sama mau KKN kampus agar cepat lulus,” ujar pemuda yang telah mendirikan beberapa organisasi non profit, seperti Generasi Manusia Peduli Desa, di Gunung Kidul, serta We Are Leaders, di tahun 2020.
Dirinya berpesan kepada anak muda, agar aktif dan melakukan sesuatu sekecil apapun dari pada tidak sama sekali dan memilih untuk diam, tak berani mengambil resiko,
“Kalau kita tidak melakukan sesuatu, resiko terbesarnya adalah tidak mendapat apa-apa. Jadi kalau kita tidak mau menerima resiko, berarti kita tidak bisa maju,” tutupnya. (jel/hdl)