Denpasar (pilar.id) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus meningkatkan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi guna memastikan keselamatan masyarakat.
Disampaikan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/2/2024), sistem ini telah beroperasi sejak tahun 2008 dan kini mengalami pembaruan dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti super komputer, kecerdasan buatan (artificial intelligence), Internet of Things (IoT), dan big data.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa pengembangan ini bertujuan agar informasi yang dihasilkan BMKG menjadi lebih handal.
“Peringatan Dini yang disampaikan harus lebih cepat, tepat, akurat, dan memiliki jangkauan yang lebih luas,” kata Dwikorita dalam acara peletakan batu pertama pembangunan Gedung Multi Hazard Early Warning System di Bali.
Dikembangkan melalui Project Indonesia Disaster Resilience Innitiative (IDRIP) yang didanai oleh World Bank, BMKG menargetkan pada tahun 2026, Peringatan Dini Tsunami dapat disampaikan dalam waktu tiga menit setelah terjadi gempabumi. Sementara peringatan dini cuaca ekstrem ditargetkan dapat disebarluaskan dalam waktu sepekan hingga tiga jam sebelum kejadian.
Dwikorita menjelaskan bahwa BMKG fokus pada peningkatan sistem peringatan dini gempabumi dan tsunami dengan merapatkan jaringan sensor-sensor pendeteksian gempabumi, membangun prototype Sistem Peringatan Dini Gempabumi, serta menggunakan kecerdasan buatan, IoT, dan big data.
Gedung Multi Hazard Early Warning System, yang diharapkan beroperasional pada tahun 2026, menjadi pusat peringatan dini multi-bahaya geo-hidrometeorologi. Dalam pembangunannya, BMKG menerapkan teknologi khusus untuk memastikan ketahanan gedung terhadap gempa.
“Pembangunan gedung ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. Keberadaannya di Denpasar menjadi backup dari sistem di Kemayoran, Jakarta, sehingga dapat otomatis mengambil alih peran saat kondisi darurat,” ungkap Dwikorita.
BMKG juga menekankan bahwa pengembangan ini merupakan bukti kesungguhan pemerintah dalam meningkatkan ketangguhan Indonesia dalam menghadapi bencana. Gedung Multi Hazard Early Warning System di Denpasar dan Jakarta menjadi tolok ukur peran Indonesia dalam bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Dwikorita berharap sistem ini dapat memberikan informasi cepat dan akurat kepada masyarakat terkait berbagai ancaman bencana alam, seperti gempabumi, tsunami, cuaca ekstrem, hingga perubahan iklim. “Informasi ini menjadi acuan dalam melakukan mitigasi dan evakuasi, membantu meminimalisir risiko korban jiwa dan kerusakan materi,” tambahnya.
Acara groundbreaking dihadiri oleh sejumlah pejabat dan pihak terkait, termasuk Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, serta Tim World Bank. (ret/hdl)