Jakarta (pilar.id) – Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) menyatakan, terorisme merupakan kejahatan yang anti dengan ideologi Pancasila. Teroris akan menghalalkan semua cara untuk mengupayakan kekerasan dalam aksinya.
Ketua BNPT Boy Rafli Amar menilai, bangsa Indonesia harus memiliki identitas dan memiliki legacy para pendiri bangsa. Menurutnya, Indonesia memiliki permasalahan kondisi lingkungan strategis, bangsanya tidak hidup dalam ruang waktu tapi hidup dalam kehidupan internasional.
Padahal, lanjutnya, Indonesia sangat tangguh dan memiliki nilai yang tinggi dan tidak dimiliki negara lain.
“Pengaruh global membawa kita terpaksa harus berpaling dengan sistem ideologi bangsa kita yang sangat tidak setuju dengan kekerasan dalam mencapai tujua maka dari itu kita harus mengetahui bahwa Pancasila adalah ideologi yang anti dengan kekerasan,” kata Boy, Selasa (2/8/2022).
Menurut Boy, kewajiban dari generasi ke generasi bangsa yaitu tidak boleh lengah dan dipengaruhi sistem global. Seluruh rakyat Indonesia harus yakin dengan jati diri bangsanya sendiri. Oleh karena itu, BNPT melakukan kolaborasi dengan BPIP untuk menjadikan Pancasila sebagai moral publik.
Selain itu boy berpendapat bahwa semua elemen bangsa harus kokoh mencegah intoleransi dan terorisme yang sekarang mewabah bagai virus Covid-19.
“BNPT update terhadap kasus kekerasan di negara ini, terutama dengan motif deduksi politik. Jangan sampai dunia dikuasai oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Senada dengan itu, Psikolog Alissa Qotrunnada Wahid menyatakan bahwa Indonesia masih menjadi barometer kerukunan dunia dan selalu mendapatkan aspirasi positif serta menjadi model bagi kerukunan umat beragama. Namun, persoalan akhir-akhir ini yaitu maraknya intoleransi, radikalisme, fundamentalisme dan kekerasan berdarah.
Media sosial belakangan ini dipenuhi oleh radikalisme fundamentalisme yang menjadi konten-konten memengaruhi pola pikir anak-anak generasi muda sekarang. Akibatnya, masyarakat mudah terprovokasi.
“Agama itu menjadi catatan kita bersama bagi elemen bangsa untuk lebih waspada serta lebih meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga keutuhan hidup berbangsa dan bernegara karena ada indikasi praktik intoleransi itu mulai berkembang (menyebar) di elemen masyarakat,” kata Alissa. (her/hdl)