Semarang (pilar.id) – Kisah panjang dari berdirinya Rumah Atsiri Indonesia yang berlokasi di Tawamangu, Karanganyar, Semarang ini bermula saat Ir. Soekarno sebagai Presiden pertama Indonesia. Mengadakan kerja sama dengan negara Bulgaria dengan mendirikan pabrik Citronella atau sereh wangi di tahun 1963 sampai 1967.
Seperti yang dijelaskan oleh Venti Wijayanti, selaku Head Relations and Services rumah Atsiri Indonesia, jika pabrik dengan luas sekitar 2,3 hektar ini, sebagian besar bangunannya di rancang oleh arsitektur Bulgaria, termasuk sistem destilasi, pengairan air dan komplek ini memang didirikan untuk pengolahan esesnsial oil atau minyak atsiri.
Namun berselang 3 tahun sejak berdirinya pabrik Citronella tersebut. Pada tahun 1970 pabrik tersebut mengalami kebangkrutan dan diambil alih oleh Departemen Perindustrian sampai tahun 1985 negara melelang kawasan pabrik tersebut, karena tak menguntungkan negara.
Hingga pada tahun 1986 pihak swasta, yaitu PT Intan Purnama Sejati membelinya, dan memproduksi produknya hingga tahun 2010 dan dinyatakan bangkrut pada tahun tersebut, dikarenakan dampak krisis ekonomi 1998.
“Hingga tahun 2015 baru menjadi milik PT. Rumah Atsiri Indonesia dan itu pun pabriknya terbengkalai karena ditinggalkan begitu saja, jadi kita berusaha memperbaharuinya, namun tidak mengubah bentuk bangunan khasnya,” jelasnya.
Dalam pemberian nama pun, Venti menjelaskan jika Atsiri merupakan kata sifat yang mudah menguap, kalau dipahami secara pengertian, Atsiri adalah senyawa aromatic yang mudah menguap, seperti rosemary dan lavender.
“Karena kita juga merunut pada sejarah panjang awalnya, dimana kawasan ini mulanya adalah pabrik yang memproduksi essensial oil, jadi kita teruskan sampai saat ini. Walau dengan konsep yang berbeda,” ujarnya.
Sejak dikelola oleh PT. Rumah Atsiri Indonesia, dan dilakukan pembaharuan dari tahunn 2016-2018. Hingga pertama kali buka, pada bulan Juli 2018 dengan mendirikan restoran dan toko. Seiring berjalannya waktu di tahun 2019 toko mulai berkembang, produk semakin bervariasi.
Namun di tahun 2020 saat pandemi, Rumah Atsiri sempat tutup selama 3 bulan. Meski begitu, Venti menceritakan jika kesempatan tersebut, dimanfaatkan untuk mengembangkan seluruh area, termasuk membuat produk, seperti hand sanitizer dan body care
“Di tahun 2020 akhir, kami mulai mendirikan Atsiri Glamping (Glamour Camping) dengan melengkapi semua akomodasi serta destinasinya, ada tour museum, aromatic garden, resto dan shop. Akhirnya 2021 kita buka Atsiri Glamping untuk umum, sampai saat ini,” terangnya.
Lebih rinci, Venti menjelaskan jika Atsiri Glamping adalah akomodasi dari PT. Rumah Atsiri Indonesia, yang konsepnya glamour camping. Fasilitasnya tak hanya menjual konsep kamar, tetapi dengan program paket. Paket tersebut, berkaitan dengan wellness program, termasuk aromatic wellness program.
“Di Atsiri Glamping ini kita platformnya lifestyle, jadi orang yang menginap disini mendapatkan aktivitas wellness yang bisa ditiru di kehidupannya sehari-sehari tergantung programnya dan makanan atau minuman yang kita sajikan, nutrisinya kita ukur, jadi tak asal menyajikan makanan yang enak saja, namun juga terukur,” jabarnya.
Terdapat beberapa program yang disuguhkan oleh Atsiri Glamping, diantaranya program 2 hari 1 malam, 3 hari 2 malam, 5 hari 4 malam, dengan ketersediaan tenda sebanyak 17 tenda, serta 4 unit non tenda.
Dalam program 5 hari 4 malam, tersebut, Venti menjelaskan jika pengunjung bisa meminta kegiatannya sendiri, seperti mempelajari makanan dan nutrisinya atau mempelajari cara mendaur ulang sampah yang diterapkan Rumah Atsiri dan lain-lain.
Program terpendek, yaitu 2 hari 1 malam, pengunjung bisa mendapatkan fasilitas footbath gratis, kegiatan tour garden, menjelajah kawasan desa, melihat proses pembuatan essensial oil, tour museum serta workshop menghias tas dengan teknik cap..
“Saat ini, kami juga mengembangkan untuk program satu minggu. Jadi tak hanya menginap, makan, berenang. Namun disini pengunjung dibuat sibuk dengan kegiatan yang kami tawarkan, jadi sembari berlibur, juga dapat ilmu dan pengalaman di Atsiri Glamping,” tutupnya. (jel/din)