Jakarta (pilar.id) – Indonesia berhasil mencatatkan namanya dalam Guinness World Records (GWR) dengan berhasil menggelar pertunjukan angklung terbesar sepanjang sejarah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu (5/8/2023) malam.
Dalam suatu upacara yang penuh semangat, Indonesia mengumpulkan 15.110 orang pemain angklung, sesuai dengan sertifikat rekor dunia yang diserahkan oleh penilai resmi GWR. Upacara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ny. Tri Tito Karnavian yang mewakili Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) selaku penyelenggara acara, serta Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Para pemain angklung, dengan penuh semangat, memainkan lagu-lagu khas, termasuk Berkibarlah Benderaku yang menjadi karya Ibu Sud, serta lagu internasional Wind Of Change yang dipopulerkan Scorpions.
Peristiwa bersejarah ini juga dihadiri Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, dan beberapa menteri dari Kabinet Indonesia Maju. Mereka turut memberikan dukungan dan merayakan prestasi ini bersama rakyat.
Sebagai latar belakang, upacara ini melampaui rekor sebelumnya yang diadakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat dan Badan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM) di Washington DC pada tahun 2011. Rekor tersebut berhasil dicetak oleh 5.182 peserta dari berbagai negara.
Franka Makarim, Ketua Bidang 1 OASE KIM yang juga wakil ketua panitia pergelaran angklung terbesar di dunia, menjelaskan bahwa acara ini merupakan bentuk konkret dari upaya Indonesia dalam melestarikan budaya angklung yang telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 2010. Menurutnya, pengakuan tersebut bukanlah tujuan akhir, melainkan bagaimana budaya ini terus berkembang, hidup, dan memberi manfaat bagi masyarakat.
“Dalam pergelaran ini, terkandung nilai-nilai kolaborasi untuk menciptakan harmoni, yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda,” kata Franka. Dia berharap bahwa acara ini dapat membangkitkan kembali rasa cinta generasi muda terhadap angklung, karena sebagai bangsa yang kaya akan budaya, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan budaya tersebut.
Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), juga turut menyoroti persiapan intensif yang telah dilakukan sejak Oktober tahun sebelumnya. Kemendikbudristek telah mendukung acara ini dengan menyediakan 20.060 unit angklung dan merancang program pelatihan bagi para peserta.
“Kami bekerja sama dengan komunitas Saung Angklung Udjo (SAU) dalam mempersiapkan acara ini. Setiap kelompok peserta telah menjalani latihan gabungan dan latihan mandiri bersama pelatih yang kami tunjuk,” ungkap Mahendra. Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari petani bambu, perajin angklung, hingga pelatih dan musisi angklung, merupakan upaya untuk memastikan keberlanjutan budaya angklung.
Angklung, sebagai alat musik tradisional asal Jawa Barat, telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 2010. Musik angklung tidak hanya merupakan ekspresi seni, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter, kerjasama, saling menghormati, dan harmoni sosial. Dalam permainannya yang memerlukan kolaborasi dan kecermatan, angklung juga mengajarkan kesabaran dan kedisiplinan kepada para pemainnya.
Pencapaian rekor dunia ini merupakan bukti nyata komitmen Indonesia dalam melestarikan budaya lokal yang telah mendunia. Diharapkan bahwa upaya ini akan terus memperkenalkan dan melestarikan angklung kepada generasi penerus, menjadikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia.
Sebagai negara dengan warisan budaya takbenda yang diakui oleh UNESCO, tanggung jawab untuk menjaga, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan budaya tersebut menjadi tugas bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, kekayaan budaya Indonesia dapat tetap diapresiasi dan dinikmati oleh generasi-generasi yang akan datang. (usm/hdl)
Foto-foto ini hasil tangkapan layar video dokumentasi BPMI Setpres