Jakarta (pilar.id) – Pemerintah dikabarkan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar pekan ini. Pemicunya adalah anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang kayanya terus membengkak.
Presiden Joko Widodo menjelaskan, menteri terkait harus benar-benar menghitung rencana kenaikan harga Pertalite dan Solar. Pasalnya, hal ini menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Ini menyangkut hajat hidup orang banyak (menaikkan harga Pertalite dan Solar). Jadi semuanya harus diputuskan secara hati-hati,” kata Jokowi seperti disaksikan melalui YouTube Sekretaris Presiden, Selasa (23/8/2022).
Dia juga menegaskan, rencana menaikkan harga BBM subsidi harus dikaji dan dikalkulasi dampaknya kepada masyarakat. Jangan sampai langkah menaikkan harga Pertalite dan Solar malah menurunkan daya beli rakyat dan menurunkan konsumsi rumah tangga.
“Kemudian juga nanti yang harus dihitung apakah menyesuaikan harga Pertalite dan Solar akan menaikkan inflasi tinggi kemudian menurunkan pertumbuhan ekonomi. Semuanya saya suruh hitung betul sebelum diputuskan,” tegasnya.
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, Presiden Jokowi telah mengindikasikan bahwa pemerintah tidak bisa terus mempertahankan harga Pertalite dan Solar seperti harga saat ini. Karena, hal itu akan memberikan beban kepada APBN.
“Itu model ekonominya saya kira sudah dibuat. Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus (harga Pertalite dan Solar) demikian, karena harga BBM kita termurah se-kawasan ini. Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita,” kata Luhut, Jumat (19/8/2022).
Ia meminta masyarakat untuk bersiap untuk kemungkinan adanya kenaikan harga BBM. Pasalnya, pemerintah juga harus menekan terus meningkatnya beban subsidi di APBN.
“Karena bagaimanapun, tidak bisa kita pertahankan demikian. Jadi tadi, mengurangi pressure (tekanan) ke kita karena harga crude oil (minyak mentah) naik, itu kita harus siap-siap,” ujarnya.
Luhut mengungkapkan, kenaikan harga Pertalite dan Solar menjadi satu dari sejumlah strategi untuk bisa menekan beban subsidi, selain pengurangan mobil-mobil berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik, dan implementasi B40.
“Subsidi kita kemarin Rp502 triliun, kita berharap kita bisa tekan ke bawah, tadi dengan pengurangan mobil-mobil combustion, diganti dengan listrik, kemudian B40, serta menaikkan harga Pertalite yang kita subsidi cukup banyak dengan Solar,” katanya. (her/din)