Jakarta (pilar.id) – Sejarah itu dimulai. Spekulasi tentang TBC (tuberkulosis), menemui titik awal. Tanggal 24 Maret 1882, seorang ilmuwan Jerman bernama Robert Koch mengumumkan penemuan bakteri yang menyebabkan penyakit TBC di hadapan para koleganya di Berlin.
Penemuan ini, tentu saja membuka jalan bagi diagnosis dan pengobatan untuk penyakit yang telah menewaskan jutaan orang di seluruh dunia.
TBC, selama ini dikenal sebagai salah satu penyakit yang sangat mematikan. Keberadaannya seolah mengiringi sejarah panjang manusia, bahkan sejak zaman prasejarah. Hal ini diyakini saat bukti tertua adanya TBC ditemukan pada bangkai bison yang berasal dari 17 ribu tahun lalu.
Catatan lain menyebutkan, phthisis berasal dari bahasa Yunani yang artinya konsumsi, merupakan nama kuno untuk TBC paru. Pada zaman kuno, orang percaya bahwa phthisis adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan hampir selalu berakibat fatal.
Pada abad ke-17 hingga ke-19, wabah TBC melanda Eropa dan Amerika Utara dan menyebabkan kematian satu dari tujuh orang. Pada saat itu, masyarakat menganggap TBC sebagai penyakit keturunan atau akibat kutukan.
Lalu tahun 1882, Robert Koch berhasil menemukan bakteri penyebab TBC dan membuktikan bahwa penyakit ini bersifat menular. Temuan ini merupakan terobosan besar dalam bidang kedokteran dan membuat Dr Koch mendapatkan Nobel pada tahun 1905.
Dokter di Medan Perang
Robert Koch, setelah penemuan itu, dianggap sebagai pendiri bakteriologi modern. Ia terkenal karena berhasil mengidentifikasi penyebab penyakit menular seperti tuberkulosis, kolera, dan antraks.
Ia juga mengembangkan postulat Koch, yaitu kriteria untuk membuktikan hubungan antara mikroorganisme dan penyakit tertentu. Atas jasanya dalam bidang kedokteran, ia mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 1905.
Robert Koch lahir pada tahun 1843 di Clausthal, Jerman. Ia tertarik dengan ilmu alam sejak kecil dan belajar kedokteran di Universitas Göttingen.
Setelah lulus, ia bekerja sebagai dokter di berbagai tempat, termasuk di medan perang Prancis-Prusia. Ia mulai meneliti tentang antraks saat bekerja sebagai petugas kesehatan masyarakat di Wollstein, Polandia. Di sana ia menemukan bahwa antraks disebabkan oleh bakteri yang dapat bertahan dalam bentuk spora di tanah.
Robert Koch kemudian pindah ke Berlin dan bergabung dengan Institut Kesehatan Imperial, yang sekarang dinamai Institut Robert Koch untuk menghormatinya.
Di sana ia melanjutkan penelitiannya tentang mikrobiologi dan menemukan penyebab tuberkulosis pada tahun 1882. Penemuan ini menimbulkan harapan besar bagi pengobatan penyakit tersebut, meskipun belum ada obat yang efektif saat itu.
Pada tahun 1883, Robert Koch pergi ke Mesir dan India untuk meneliti tentang kolera. Ia berhasil mengisolasi bakteri Vibrio cholerae dari usus penderita kolera dan membuktikan bahwa bakteri ini adalah penyebab penyakit tersebut. Ia juga mengembangkan metode untuk memurnikan dan menumbuhkan bakteri di laboratorium menggunakan media agar-agar.
Robert Koch meninggal pada tahun 1910 di Baden-Baden, Jerman karena serangan jantung. Ia meninggalkan warisan berharga bagi dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat dengan penelitiannya yang revolusioner tentang mikrobiologi.
Untuk mengenang jasanya dalam memerangi TBC, setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi lainnya. (hdl)