Jakarta (pilar.id) – Warga Paris ketakutan. Hari itu, 29 Maret 845, kota mereka dikepung oleh perampok Viking pimpinan Ragnar Lodbrok. Kepada pemerintah Paris, perampok ini minta uang tebusan besar sebagai imbalan untuk pergi.
Serangan ini merupakan bagian dari ekspansi Viking ke Prancis, yang dimulai sejak akhir abad ke-8. Viking memanfaatkan kekacauan politik di Prancis akibat perang saudara antara keturunan Charlemagne. Mereka menyerang kota-kota dan biara-biara di sepanjang sungai Seine, mencuri harta benda dan membunuh penduduk.
Raja Prancis saat itu, Charles the Bald, berusaha mempertahankan Paris dengan membagi pasukannya menjadi dua kelompok, satu di setiap sisi sungai.
Namun, pasukan Viking berhasil mengalahkan salah satu kelompok dan melanjutkan pengepungan mereka. Paris saat itu masih merupakan kota kecil yang dikelilingi oleh tembok kayu dan lumpur. Penduduknya berusaha bertahan dengan mengandalkan persediaan makanan dan air yang terbatas.
Setelah beberapa minggu mengepung kota, Viking akhirnya mendapatkan uang tebusan yang mereka minta. Charles the Bald membayar mereka sekitar 2.570 kilogram perak dan emas, jumlah yang sangat besar pada saat itu.
Dengan uang tersebut, Viking meninggalkan Paris dan berlayar kembali ke utara. Serangan ini menimbulkan rasa takut dan trauma bagi penduduk Paris, dan juga menunjukkan ketidakmampuan Charles the Bald untuk melindungi kerajaannya dari ancaman Viking.
Bukan Bangsa Perampok
Apakah Viking memang dikenal sebagai bangsa perampok? Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak banyak orang yang tertarik dengan sejarah dan budaya Skandinavia.
Viking adalah sebutan untuk orang-orang dari Swedia, Norwegia, dan Denmark yang menjelajah dan menjarah di berbagai wilayah Eropa sekitar abad ke-8 hingga ke-11 Masehi. Mereka menggunakan kapal-kapal kayu yang cepat dan tangguh untuk berlayar di laut dan sungai, serta membawa senjata seperti pedang, tombak, busur, dan kapak.
Namun, tidak semua orang Skandinavia adalah Viking. Istilah Viking hanya berlaku untuk mereka yang berprofesi sebagai pedagang, peladang, dan terutama perompak.
Banyak orang Skandinavia yang hidup damai sebagai petani, nelayan, atau pengrajin di tanah air mereka. Viking sendiri berasal dari kata vikingr dalam bahasa Norse kuno, yang berarti orang yang berlayar untuk mencari harta. Jadi, Viking adalah sekelompok orang yang mencari kekayaan dengan cara menjarah atau berdagang dengan negeri lain.
Viking dikenal sebagai bangsa perampok karena seringnya mereka menyerang daerah pesisir, terutama biara-biara Kristen yang kaya dan tidak terlindungi.
Mereka mengambil harta benda, budak, dan ternak dari penduduk setempat, serta membunuh atau menawan para biarawan dan biarawati. Viking juga dikenal sebagai bangsa penakluk karena mereka mendirikan permukiman di beberapa wilayah yang mereka datangi, seperti Inggris, Irlandia, Islandia, Greenland, dan bahkan Amerika Utara.
Namun di sisi lain, Viking tidak hanya dikenal sebagai bangsa perampok dan penakluk. Mereka juga memiliki kebudayaan yang kaya dan unik, yang dipengaruhi oleh mitologi dan agama Norse mereka.
Mereka memiliki sistem tulisan runik, seni ukir kayu dan logam, serta sastra lisan yang berisi puisi-puisi heroik dan cerita-cerita tentang dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan mereka. Mereka juga memiliki hukum adat yang mengatur kehidupan sosial dan politik mereka.
Jadi, meski sebagian dikenal sebagai bangsa perampok, tetapi identitas Viking juga melekat di aspek-aspek lain yang menunjukkan keberanian, kreativitas, dan kecerdasan mereka sebagai bangsa yang menjelajah dan beradaptasi dengan berbagai kondisi. (hdl)