Jakarta (pilar.id) – Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis keterjangkauan minyak goreng. Hasilnya cukup mencengangkan, sebesar 56,4 persen masih kesulitan mendapatkan minyak goreng.
“Mayoritas masih mengalami kesulitan mendapat minyak goreng meski menurun sangat besar,” ungkap Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta, Senin (16/5/2022).
Survey tentang minyak goreng ini dilakukan sebanyak 3 kali. Survey pertama dilakukan pada 14-19 April 2022, selanjutnya pada 20-25 April 2022, dan 5-10 Mei 2022.
Berdasarkan survey tersebut diketahui, pada survey pertama sebanyak 83,7 persen mengalami kesulitan mendapatkan minyak. Kemudian angkanya menurun pada survey kedua, yakni sebesar 74,9 persen. Dan survey terakhir masih terdapay 56,4 persen yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan komoditas ini.
Harga minyak goreng yang tidak terjangkau menjadi alasan utama kesulitan masyarakat. Dalam survey ini juga diketahui sebanyak 53,8 persen menjawab harga minyak kurang terjangkau.
“Dan mayoritas mengalami kesulitan karena harganya yang kurang terjangkau,” jelas Burhanuddin.
Berdasarkan hasil survey pula, mayoritas di kisaran Rp25.000-Rp29.999 untuk harga minyak goreng kemasan, dengan prosentase 32,5 persen. Sedangkan harga minyak goreng curah berada di kisaran Rp20.000-Rp24.999, dengan prosentase 30,7 persen.
Menariknya, hasil survey tersebut juga mencatat terdapat harga minyak goreng kemasan di atas Rp50 ribu per liter, dengan prosentasi 6,0 persen, sedangkan untuk minyak goreng curah 0,8 persen.
Rupanya, kenaikan harga pokok turut menyumbang ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sebesar 28,9 persen. “Kepuasan terhadap kinerja presiden kembali mengalami penurunan. Approval presiden mengalami tekanan ketika inflasi tinggi,” tutup Burhanuddin. (ach/din)