Mempawah (pilar.id) – Gawai Dayak bukanlah peristiwa budaya yang murni tradisional, baik dilihat dari tempat pelaksanaan maupun isinya. Gawai Dayak merupakan perkembangan lebih lanjut dari acara pergelaran kesenian Dayak. Upacara adat Naik Dango yang merupakan sebuah upacara untuk menghaturkan rasa syukur terhadap Nek Jubata atau Sang Pencipta atas berkah yang diberikannya berupa hasil panen (Padi) yang berlimpah.
Naik Dango atau Gawai Dayak merupakan Upacara adat masyarakat kalimantan Barat (Dayak Kanayatn) yang dilakukan dari daerah Kabupaten Landak, Kabupaten Mempawah, hingga Kabupaten Sanggau. Upacara ini rutin dilaksanakan setiap tahun setelah masa panen. Seperti halnya yang kini sedang berlangsung di Desa Ansiap, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Minggu (17/4/2022).
Alisius, warga Dusun Tikalong, Desa Ansiap dan juga merupakan Ketua Dewan Adat Dayak Kecamatan Sadaniang mengatakan
Upacara adat Naik Dango ditandai dengan menyimpan seikat padi yang baru selesai di panen di dalam dango (Lumbung Padi) oleh setiap kepala keluarga masyarakat Dayak yang bertani/berladang. Padi yang disimpan di dalam Dango nantinya akan dijadikan bibit padi untuk ditanam bersama-sama dan sisanya menjadi cadangan pangan untuk masa-masa paceklik. Selanjutnya, menimang padi dan diikuti dengan pemberkatan padi oleh ketua adat.
Upacara Naik Dango merupakan acara yang memiliki 3 aspek pokok, yaitu aspek kehidupan agraris, aspek religius, dan aspek kehidupan kekeluargaan solidaritas serta persatuan.” Aspek kehidupan agraris, yaitu kehidupan masyarakat yang bertradisi bercocok tanam, kemudian aspek religius merupakan aspek untuk berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh.
“Dan yang terakhir adalah aspek kehidupan kekeluargaan solidaritas dan persatuan yang merupakan aspek menjunjung tinggi kekeluargaan antar keluarga terdekat dalam rumah masing-masing tiap tahunnya,”katanya.
Mengenal Desa Ansiap
Desa Ansiap adalah salah satu Desa dari 60 Desa yang ada di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat yang terletak di Kecamatan Sadaniang yang pada tahun 2017 (yang lalu) ditetapkan sebagai salah satu lokasi dari Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN).
Delineasi awal kawasan menurut BAPPENAS mencakup Kecamatan Sadaniang yaitu Desa Pentek, Desa Sekabuk dan Desa Suak Barangan. Tahap selanjutnya diusulkan kepada Pemerintah Daerah yang menghasilkan delineasi kawasan baru yaitu seluruh Kecamatan Sadaniang yang mencakup 6 (enam) Desa yaitu Desa Pentek, Desa Sekabuk, Desa Suak Barangan, Desa Ansiap, Desa Amawang, dan Desa Bumbun. Pada tahap terakhir penentuan delineasi kawasan yang melalui survei lapangan dan kesepakatan bersama dengan pemangku kepentingan yang ada di lokasai KPPN tidak mengalami perubahan lokasi. Lokasi KPPN sudah sesuai dengan lokasi yang diusulkan kepada Pemerintah Daerah yaitu seluruh Kecamatan Sadaniang yang mencakup 6 (enam) Desa.
Secara geografis, wilayah Desa Ansiap merupakan daerah perbukitan. Kondisi dan persoalan yang tengah di hadapi masyarakat Desa Asiap adalah Seperti minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan, jalan, jembatan, penerangan, dan jaringan terkomunikasi masih butuh perhatian yang sangat serius. Contohnya jalan menuju Desa Ansiap kondisinya memperihatinkan, bahkan jika hujan turun ruas jalan itu seringkali terputus.
Perlu dukungan banyak pihak dalam menyikapi hal tersebut. Agar bisa secepatnya menyelesaikan kebutuhan listrik, jaringan telekomunikasi, jalan dan jembatan yang masih butuh perhatian serius. Karena banyak kendala dan kesulitan yang warga setempat alami akibat berbagai akses yang sangat jauh terbatas ini.
Kegiatan ekonomi, pertanian, perkebunan dan pendidikan serta aktifitas kemasyarakatan lainnya menjadi kendala masyarakat untuk menuju kata makmur dan sejahtera. Andai saja akses-akses vital itu terpenuhi bisa dipastikan kehidupan masyarakat didesa Ansiap akan lebih sejahtera. Setidaknya ragam potensi lokal yang ada di Desa ini dapat dimanfatkan dengan lebih baik lantaran akses jalan, jembatan, listrik dan akses telekomunikasinya yang jauh dari kata layak.
Kendati demikian keyakinan akan adanya perhatian dari pihak terkait masih tersimpan rapih dihati warga setempat. Dukungan dan doa terbaik untuk pihak terkait masih terbangun kuat. Terbukti dengan patuhnya warga masyarakat Desa Ansiap dalam mendukung program Vaksinasi yang digalakkan oleh Pemerintah. Sejak pertama kali digalakkan nya program Vaksinasi, terbukti dari 60 Desa yang ada di Kabupaten Mempawah, warga Desa Ansiap lah yang paling terbanyak melakukan Vaksin.
Ucapan rasa syukur kepada sang pencipta.
Naik danggo atau Gawai Padi adalah sebuah perayaan ucapan syukur kepada Tuhan atas penyertaan-Nya dalam kegiatan pertanian khususnya masyarakat Desa Ansiap. Acara tahunan ini, sejatinya dilakukan dengan berbagai tujuan. Untuk merayakan rasa syukur kepada sang pencipta, atas hasil panen yang berlimpah, suku Dayak Kanayatn menggelar ritual Naik Dango. Ritual ini dilakukan setiap tahun setelah masa panen (Padi).
Prosesi adat Naik Dango merupakan bentuk aktualisasi kearifan lokal masyarakat Dayak Kanayatn, Kalimantan Barat, sebagai ritual syukur dan menghargai anugerah Sang Pencipta.
Sehari sebelum ritual Naik Dango, masyarakat harus melaksanakan Batutu, yakni memasak beberapa makanan sebagai simbol hasil pertanian masyarakat. Makanan yang diolah yakni beras ketan yang dimasak di dalam bambu berukuran besar dan tumpi (semacam roti cucur).
Upacara adat Naik Dango ditandai dengan menyimpan seikat padi yang baru dipanen ke dalam lumbung padi (dango) oleh setiap kepala keluarga keturunan suku Dayak yang bertani atau berladang.
Setelah diletakkan di dalam dango, selanjutnya dilaksanakan upacara Nyangahatn atau disebut juga Barema, di saat inilah doa-doa Pamane atau tetua adat dipanjatkan kepada Sang Pencipta atau Nek Jubata.
Bagian penting dalam upacara Naik Dango adalah Nyangahatn. Dalam prosesnya Tingkakok Nimang Padi, simbol yang mengingatkan proses turunnya padi dari Jubata atau Sang Pencipta kepada manusia.
Tahun ini, ritual Naik Dango atau Pekan Gawai Dayak di Dusun Tikalong Desa Ansiap dikemas lebih menarik karena para anak muda Desa Ansiap mengadakan Turnamen Sepakbola yang di ikuti ada sekitar 50 lebih tim dari berbagai daerah mulai dari Kabupaten Landak, Bengkayang, Kota Singkawang, Pontianak dan sekitarnya. Dan pada tanggal 24 April mendatang turnamen Sepakbola itu, akan mulai berlangsung yang di pusat di lapangan sepakbola di Dusun Tikalong (Bajirak) Desa Ansiap.
Salah satu warga Kecamatan Sadaniang, Doni yang kebetulan hadir dalam perayaan tersebut mengatakan, perayaan ini telah tumbuh berkembang dan mengakar sebagai kekayaan budaya tradisi.
“Harus tetap dipertahankan dan dilestarikan karena banyak terkandung nilai-nilai budaya luhur yang diwariskan secara turun-temurun, karena budaya sebagai identitas sebuah bangsa,” urainya.
Iapun sangat mengapresiasi kepada pihak panitia penyelenggara dan seluruh masyarakat Desa Asiap yang sampai saat ini masih tetap mempertahankan budaya perayaan Naik Dango di Desa Asiap.
“Karena acara ini sangat memberikan manfaat yang besar dan berdampak positif dalam aspek sosial, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat,” tutupnya. (dinaprihatini)