Jakarta (pilar.id) – Indonesia sedang dihebohkan dengan Bjorka, sosok peretas atau hacker yang hobi membuka data pribadi pejabat negara hingga dokumen penting kenegaraan ke publik.
Peretasan ini bukan sekali dua kali terjadi, tapi sudah sering. Pemerintah sepertinya tak siap ancaman siber yang semakin hari semakin nyata.
Pengamat dan Chairman lembaga riset siber Communication dan Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, mengatakan, kebocoran data sebenarnya bukan barang baru, termasuk di Indonesia.
Namun dengan adanya aturan bekerja dari rumah (work from home/WFH) selama pandemi covid-19, meningkatkan risiko kebocoran data. Dari catatan BSSN, anomaly traffic di Indonesia naik dari 2020 sebanyak 800 jutaan menjadi 1,6 milliar pada 2021.
“Anomaly traffic yang dimaksud bisa diartikan sebagai serangan dan lalu lintas data yang tidak biasa, misalnya dengan serangan Penolakan Layanan secara Terdistribusi (Distributed Denial of Service/DDoS),” kata Pratama, Selasa (13/9/2022).
Lalu dengan WFH, kata dia, risiko kebocoran data menjadi meningkat karena banyaknya akses ke sistem kantor lembaga perusahaan baik publik dan swasta dilakukan dari rumah atau lokasi lain diluar kantor.
“Kondisi ini secara langsung meningkatkan risiko, terutama bila pegawai melakukan akses lewat jaringan yang tidak aman seperti di cafe maupun dengan wifi gratisan di lokasi terbuka,” ujarnya.
Kasus peretas dengan nama panggilan Bjorka yang sedang ramai belakangan ini, bisa dibilang hanya fenomena gunung es. Bisa jadi kebocoran data di kementrian dan lembaga negara sebenarnya jauh lebih banyak dari yang sudah terungkap ke publik.
“Pratama menegaskan, peristiwa ini harus disikapi dengan arif, butuh ada perbaikan serius dari negara terkait keamanan siber,” kata dia.
Peretas dengan identitas Bjorka melalui grup Telegram mengklaim telah meretas surat menyurat milik Presiden Jokowi, termasuk surat dari Badan Intelijen Negara (BIN).
Klaim dari Bjorka tersebut kemudian diunggah oleh salah satu akun Twitter “DarkTracer : DarkWeb Criminal Intelligence”, yang kemudian viral dan sempat menjadi salah satu topik pembahasan terpopuler (trending topic) di Twitter hingga Sabtu pagi.
Dalam unggahan di akun Twitter itu disebutkan bahwa surat dan dokumen untuk Presiden Indonesia, termasuk surat yang dikirimkan BIN dengan label rahasia telah bocor.
Peretas dengan identitas Bjorka juga sebelumnya kerap mengklaim telah meretas data-data terkait kependudukan Indonesia, seperti data registrasi “SIM Card Prabayar” dan data milik salah satu provider telekomunikasi. (her/din)