Surabaya (pilar.id) – Bagi Lie Ming Sun atau Budi Widodo, 52 tahun, Imlek adalah waktu berharga untuk kembali berkumpul bersama keluarga.
Memasuki tahun baru Imlek, bersama Kusniyah, perempuan Jawa asal Lamongan yang dia nikahi pada 1997, dirinya selalu bertandang ke kampung kelahirannya di Tambak Bayan Tengah, Surabaya.
Lahir dari pasangan Lie Juen Ik (Yogyakarta) dan Liem Siu Mei (Surabaya), Ming Sun, panggilan akrabnya, memiliki 5 saudara. Mereka adalah Lie Ming Liang, Lie Ming Tan, Lie Syu Me, Megawarna dan paling bontot adalah Sugi Bintoro.
Lie Ming Sun mengaku telah memeluk Islam sejak remaja. Maka baginya, perayaan hari raya dan tahun baru Imlek adalah waktu untuk kembali bertemu adik dan para keponakan.
“Saya memeluk Islam secara mandiri, termasuk semua adik saya. Tidak ada paksaan dari siapapun. Lagipula, papa dan mama tidak pernah memaksa anak-anaknya memeluk agama tertentu,” tutur Lie Ming Sun.
Kampung Tambak Bayan Tengah dikenal sebagai satu di antara kantong Pecinan di Surabaya. Sedikitnya 70 kepala keluarga tinggal di sini. Seluruh warganya tetap melanjutkan tradisi leluhur untuk menyambut tahun baru Imlek, meski telah berbaur dalam ikatan pernikahan dengan warga lintas suku dan agama.
Di gang yang sama, di Tambak Bayan Tengah, Go Siok Young, atau Gunawan, 75, juga menikah dengan perempuan Jawa. Lebih dari tiga dekade pernikahannya dengan Saminah, Go Siok Young dikaruniai tiga anak yang semuanya mengikuti agama Islam seperti ibunya.
Tahun baru Imlek kembali mempertemukan keluarga ini. Anak-anak Go Siok Young selalu datang untuk menyampaikan selamat tahun baru Cina untuk ayah mereka yang masih memeluk agama Budha. (mis/hdl)