Jakarta (pilar.id) – Pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai sosok Tri Rismaharini dan Gibran Rakabuming Raka cocok untuk memimpin DKI Jakarta. Keduanya dinilai memiliki kapabilitas seorang pemimpin.
“Risma maupun Gibran sangat kompeten untuk jadi cagub (calon gubernur) dan cawagub (calon wakil gubernur). Dua-duanya sangat pantas dijagokan di pilkada (pemilihan kepala daerah) DKI,” kata Emrus, di Jakarta, Kamis (9/6/2022).
Baik Risma maupun Gibran sama-sama memiliki leadership yang kuat. Risma sendiri pernah menjadi Wali Kota Surabaya Jawa Timur, dan saat ini memimpin Kementerian Sosial.
Sementara, Gibran juga sudah teruji dengan menjabat sebagai Walikota Solo Jawa Tengah. “Kalau kita lihat, Gibran walaupun belum lama jadi Walikota, tapi bisa memimpin Solo,” katanya.
Keduanya dianggap pasangan yang realistis jika maju dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Apalagi, jika melihat keduanya tidak terlalu menonjol dalam setiap survey calon presiden (capres).
“Kalau Risma kan nggak diwacanakan capres, jadi saya pikir sangat rasional ketika di survey (cagub),” kata Emrus.
Selain itu, lanjut Emrus, baik Risma maupun Gibran berada dalam satu rumah partai politik yang sama, yaitu PDI Perjuangan. Sehingga sangat mudah untuk memasangkan keduanya dalam pilkada DKI pada 2024 mendatang.
Emrus juga mengkritisi hasil survey Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis belum lama ini. Menurutnya, peneliti juga harus berbasis akal sehat.
Sebagai informasi, survey CSIS menempatkan Ridwan Kamil dan Erick Thohir berada di urutan teratas sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta. Menurut Emrus, pencantuman kedua nama tersebut dinilai tidak rasional karena mereka masuk bursa calon presiden.
“Erick tidak begitu rasional menjadi calon gubernur, sebab dia diwacanakan sebagai calon presiden. Dia seorang menteri yang mimpin BUMN, jadi tidak rasional ketika nama itu di survey,” kata Emrus.
Begitu juga dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Meskipun sosok Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, dianggap mempunyai kapabilitas juga tidak cocok disebut sebagai calon pemimpin Jakarta.
“Gibran sangat masuk akal, karena kecil kemungkinan masuk capres, tapi untuk gubernur iya,” tandas Emrus.
Namun, Emrus menyatakan sah-sah saja CSIS maupun lembaga survey lain menyebut nama-nama calon. Sebab, pemilihan tokoh sangat subjektif, di samping itu juga sebagai trading. (ach/hdl)