Surabaya (pilar.id) – Bermula saat dipercaya seorang guru ketika di Sekolah Dasar (SD) untuk ikut lomba baca puisi yang langsung mendapat juara 2. Membuat Dinda Ayuni Setiawan atau yang biasa dipanggil Dinda ini tertarik dengan dunia puisi serta sastra hingga saat ini.
“Saat itu kelas 5 SD, guru saya menunjuk saya untuk ikut lomba baca puisi, karena menurutnya saya yang paling berani, padahal saya saat itu tidak terlalu jago membuat atau membacakan puisi,” kenangnya.
Tak berhenti disitu, Dinda yang akhirnya mulai gemar membaca puisi tersebut, kerap diminta untuk membacakan puisi saat perpisahan kelas, maupun dilingkungan kampungnya ketika ada acara kampung seperti agustusan, maulid nabi.
“Di rumah juga saya kerap membacakan puisi ke mama, ada moment ketika say akelas 6, ketika mama ulang tahun, daya buatkan dia puisi. Saya suruh tiup lilin dan saya bacakan puisi saya,” ceritanya saat di wawancarai Pilar.id
Tak hanya menjadi kegemaran sesaat, saat menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga kuliah pun dirimya memilih untuk menghabiskan waktunya berkutat pada dunia sastra yang ia cintai, dengann memilih jurusan bahasa di bangku SMA dan saat kuliah Dinda menempuh pendidikannya di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
“Saya sengaja memilih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk melanjutkan minat dan bakat saya di SMA, saya suka menulis puisi di buku diary, awalnya buat cerita-cerita biasa tentang keseharian, tetapi kelamaan saya mencintai puisi,” jelas mahasiswa semester 6 ini.
Kecintaanya tak hanya berhenti dalam membuat atau membacakan puisi kepada orang-orang terdekatnya, namun dirinya memberanikan diri mengikuti lomba puisi. Hal tersebut di buktikan, pada 2021 lalu, total lomba puisi yang diikuti mencapai 114 lomba dalam setahun.
“Dari ratusan itu, ada 12 yang juara, sisanya kalah, jadi peserta terbaik ataupun jadi harapan. Saya cari-cari info di Instagram, kemudian saya catat di buku temanya apa, deadlinenya kapan. Saya satu hari bisa buat satu puisi, kalau sibuk banget, bisa tidak buat puisi,” terang perempuan 21 tahun ini.
Atas pencapaiannya tersebut, dirinya mampu membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) selama dua semester secara mandiri , tanpa meminta kepada orang tuanya. Hal tersebut menjadi sebuah kebanggan dan dorongan dirinya dalam mengikuti lomba-lomba lainnya. Ia menyebut di tahun 2022 ini saja, sudah ada 40 lomba yang ia ikuti, baik lomba puisi, photogenic ataupun lomba lainnya.
“ Uang itu saya dapatkan dari hadiah-hadiah lomba yang saya ikuti, serta yang paling banyak dari kampus dari adanya sistem Simpelawa, yang mahasiswa akan dibayar oleh kampus jika mendapat juara dari kompetisi apapun. Saya dapat sekitar 7 juta, lumayan banget,” ucap Dinda yang juga pernah menjadi Putri Berbakat di Fakultas Bahasa dan Sastra UNESA, serta Duta Anti Perundungan dan Pelecehan Seksual di tahun 2021 ini.
Dalam menjaga konsistensinnya terhadap dunia sastra, terkhususnya puisi. Dinda mengaku pernah merasa bosan, namun rasa bosan itu tak lama hinggap di diri Dinda. Pasalnya dirinya selalu mendapat semangat dari sang ibunda serta kecintaan, niat dan tujuan yang ia miliki.
“Konsisten itu memang susah, tetapi dosen saya pernah bilang kalau ingin konsisten harus cinta, namun utamanya harus ada niat, lalu cinta dan wajib memiliki tujuan yang jelas. Awalnya aku juga tidak menyangka bisa konsisten, tetapi saya melakukan itu semua dengan tujuan, tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa tujuan,” pesan Dinda yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara ini.
Kedepan perempuan kelahiran Blora ini, berencana akan terus mengikuti perlombaan dengan tingkat yang lebih tinggi hingga internasional dan berencana ingin membukukan hasil karya tulisannya, seperti buku antologi puisi ataupun novel.
“Ingin ikut lomba puisi ditingkat lebih lagi, pernah ikut lomba di tingkat ASEAN pada 2021, tetapi kalah, jadi peserta biasa. Jika di tahun 2022 ada lomba tingkat internasioanl, saya usahakan untuk ikut, serta mencari waktu untuk bisa mencetak, karena saya sudah punya voucher penerbitan gratis,” tutup Dinda. (jel/hdl)