Surabaya (pilar.id) – Bakti Indonesia Timur periode kedua dimulai dengan komposisi relawan yang berbeda dari periode sebelumnya. Misi-misi yang diusung dalam bakti ini meliputi skrining penyakit jantung bawaan, skrining stunting, dan penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Bakti ini didukung oleh beberapa sponsor utama, antara lain Protelindo, Amman Mineral Northstar Foundation, Frans Seda Foundation, Investree, dan ASKI (Astra Komponen Industri).
Selain itu, juga didukung oleh RSUD dr. Soetomo, Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Unair, dan IDI Surabaya, serta Pelindo, Pelindo Marine Service, dan Aperindo.
Perjalanan dimulai dengan kedatangan relawan di Bandara El Tari pada tanggal 11 Juni 2023, kemudian mereka menuju Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) di pelabuhan Wini. Setelah memindahkan barang, relawan berangkat menuju pulau Lembata bersama Kapal RSTKA.
Lembata merupakan salah satu pulau di Kepulauan Solor yang terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor.
Pulau ini terkenal dengan budaya perburuan paus yang ada di Desa Lamalera. Lembata juga memiliki tiga gunung api aktif, yaitu Gunung Ili Lewotolok, Gunung Ililabalekan, dan Kompleks Gunung Ili Werung-Hobal.
Kapal RSTKA bersandar dan berlabuh di Pelabuhan Lewoleba di Lembata. Semua relawan menginap di kapal, sehingga terkadang mereka harus naik sekoci untuk berpindah ke darat.
RSTKA memberikan pelayanan kesehatan di beberapa tempat di Lembata, termasuk RSUD Lewoleba, Puskesmas Lewoleba, Kelurahan Kolipadan, Kelurahan Selandoro, Kelurahan Lewoleba Barat, dan Kelurahan Lewoleba Timur pada tanggal 12 hingga 16 Juni 2023.
Selama lima hari pelayanan tersebut, RSTKA membuka poli dan melayani sejumlah pasien, masing-masing 80 pasien THT, 89 pasien poli bedah, dan 53 pasien poli kardiologi.
Di puskesmas dan posyandu dilakukan pelayanan ANC dan USG kepada 38 ibu hamil serta skrining stunting kepada 172 anak.
Selain itu, juga diadakan penyuluhan stunting, pelatihan USG untuk dokter umum puskesmas se-kabupaten Lembata, dan pelatihan PPGDON yang diikuti oleh bidan dan dokter.
Di Lembata juga dibuka pelayanan poli mata yang dilakukan oleh dr. Yanuar Zulfikli SpM. Selama bakti tersebut, dr. Yanuar berhasil melakukan 31 operasi katarak dan 12 operasi pterygium dari 142 pasien poli mata. Masyarakat di Larantuka juga sangat antusias menyambut bakti operasi mata ini.
Setelah selesai di Lembata, perjalanan dilanjutkan ke Malaka, daerah otonom baru hasil pemekaran Kabupaten Belu. Pusat pemerintahan Malaka berada di Betun. Di Malaka terdapat juga PLBN Motamasin yang menjadi pintu keluar dan masuk antara Indonesia dan Timor Leste.
Kapal RSTKA tetap bersandar di pelabuhan Wini, sementara relawan melanjutkan perjalanan darat menuju penginapan yang telah disiapkan di dekat pusat kota untuk memudahkan pelayanan ke depannya. Selama tanggal 19 hingga 23 Juni 2023, relawan RSTKA memberikan pelayanan kesehatan di beberapa tempat di Malaka, termasuk RSUPP Betun, Puskesmas Weoe, Puskesmas Namfalus, Puskesmas Betun, serta Desa Weoe, Desa Litamali, dan Desa Rainawe.
Selama lima hari pelayanan di Malaka, RSTKA membuka poli di RSUPP Betun dan melayani sejumlah pasien, seperti 124 pasien THT dan 24 pasien poli kardiologi. Di puskesmas dan posyandu, dilakukan pelayanan ANC dan USG kepada 138 ibu hamil serta skrining stunting kepada 116 anak. Selain itu, juga diadakan penyuluhan stunting, pelatihan USG untuk dokter umum puskesmas se-kabupaten Malaka, dan pelatihan PPGDON yang diikuti oleh bidan dan dokter.
Bakti ini diikuti oleh 18 relawan yang terdiri dari berbagai profesi, seperti dokter spesialis anestesi, PPDS THT-KL, obsgyn, bedah, anak, kardiologi, dokter umum, perawat bedah, apoteker, dan dokumentator.
Setiap relawan memiliki pengalaman yang berbeda selama bakti ini. Mereka merasa dikelilingi oleh lingkungan yang nyaman, teman-teman yang menyenangkan, dan tidak ada perbedaan latar belakang di antara mereka.
Mereka juga merasa bahwa menjadi relawan dalam bakti ini memberikan mereka pengalaman baru, kesempatan untuk membagikan ilmu, dan membentuk ikatan keluarga baru. (hdl)