Kudus (www.pilar.id) – Sejak dulu, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil bahan baku rokok terbesar di dunia. Mengutip laman The Food and Agriculture Organization (FAO), tahun 2019 lalu, Indonesia berada di posisi enam dunia.
Peringkat pertama hingga lima berturut-turut adalah China, India, Brazil, Zimbabwe, dan Amerika Serikat. Sementara perbandingan produksi tembakau unmanufactured China adalah 2.610.507 ton, sedangkan Indonesia 197.250 ton.
Di Indonesia, sejarah tembakau dan kretek menyodorkan banyak nama. Salah satu yang paling populer adalah Nitisemito (1863 – 1953), ada yang menulis dengan nama Niti Soemito, pendiri pabrik kretek Tjap Bal Tiga yang popularitasnya mendunia.
Di Kudus, lelaki yang memiliki nama kecil Rusdi ini sangat populer bahkan hingga kini. Ia menjadi legenda yang melekat di banyak tempat, termasuk Museum Jenang dan Museum Kretek.
Museum Kretek berdiri Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati Kudus, sekitar 3 kilometer arah selatan dari pusat kota. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat berbagai koleksi termasuk peralatan dan mesin-mesin tradisional pembuatan rokok kretek dan klobot.
Tak hanya itu, kita juga bisa melihat dari dekat sarana promosi rokok pada masa lalu. Seperti gelas dan piring cantik, cangkir, hingga lempengan batu berukir.
Begitu masuk dalam museum, kita bisa melihat diorama yang menggambarkan proses penanaman hingga pengolahan bahan baku rokok kretek. Mulai dari tembakau, cengkeh, hingga klobot jagung. Perjalanan rokok di museum ini tergambar cukup baik, setidaknya pada ragam perspektif rokok sebagai industri, gaya hidup, hingga sebuah budaya yang tumbuh di kehidupan masyarakat dari masa ke masa.
Termasuk pengenalan pada sosok Nitisemito. Diceritakan di ruang khususnya, sebelum menjadi pengusaha kretek yang sukses dan berpengaruh, ia berkali-kali mengalami kegagalan. Hingga saat menginjak usia 31 tahun dan menikah, ia mulai membangun usaha kretek dengan merek ‘Kodok Nguntal Ulo’ atau ‘Kodok Makan Ular’.
Hanya masalah desain merek yang kemudian jadi bahan tertawaan, ia mengganti produknya dengan nama Tjap Bulan Tiga hingga kemudian dikenal sebagai Bal Tiga.
Koleksi dalam museum ini kemudian mengantar kita pada saus atau racikan pelengkap kretek. Saus rokok digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Di museum ini dijelaskan, saus rokok tak ubahnya essence yang digunakan dalam industri makanan. Sebelum digunakan, saus rokok harus harus dilarutkan dengan ethyl alcohol. (hdl)